Antara pemilu 2019 dan Paradox waktu

Tanggal 17 April 2019, Indonesia akan melakukan Pemilihan Umum serentak yang terdiri dari Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres). Pemilih yang telah terdaftar di dalam Daftar Pemilih (DPT/DPTb/DPK), dapat menyalurkan suaranya dengan membawa Formulir C6 dan datang ke Tempat Pemungutan Suara yang telah ditentukan mulai pukul 07:00 - 13:00 waktu setempat.

Silahkan ikuti link:
QUICK COUNT 1
Secara pribadi sebagai orang yang selalu melihat dari tempat saya berdiri, saya mengakui pemilu kali ini adalah pemilu yang paling seru karena kedua kubu terlihat telah bersaing ketat dan harus melewati kampanye yang begitu melelahkan. Hari ini ketika tulisan ini saya turunkan, persiapan pencoblosan untuk memilih presiden telah di mulai. Tetapi tidak seorangpun yang dapat mendahului waktu untuk melihat siapa sebenarnya pemenangnya. Semua membutuhkan proses. Jika sebagian orang meyakini pemenangnya adalah Prabowo atau Jokowi itu hanya semata mata berdasarkan perhitungan dan keyakinan saja. 

Kita belum bisa melihat apa apa...masa depan itu masih tertutup tirai waktu sekarang adalah pukul 06.00. Waktunya sudah dekat, tapi tirai waktu belum dibuka.

BAYANGKAN JIKA TIRAI WAKTU TERBUKA..

Jika kita dapat melewati perjalanan waktu maka pemerintah dan orang yang memiliki uang dan kekuasaanlah yang paling mungkin melakukannya disamping orang jenius yang ditugasi membuat mesin waktu. Mengapa? Karena mereka ada uang untuk membeli tiketnya. Namun pertanyaannya apa yang terjadi pada dunia jika semua orang bisa melihat masa depan akibat mesin waktu?

Salah satunya adalah tidak ada gunanya PEMILU, toh kita sudah tahu siapa yang akan menang di masa depan. Akan tetapi jika tirai waktu baru bisa terungkap dalam batasan koordinat ruang waktu tertentu maka sangat diragukan mengapa juga pemilu harus kita lakukan. Kita hanya membuang waktu untuk mencari tahu perihal apa yang telah kita ketahui. Akankah Pemilu hanyalah sebuah ritual?

Waktu hanyalah segala kemungkinan, bergulir dalam ruang melahirkan benturan untuk membentuk dinamika. Dan pemilu telah menyedot perhatian lebih 200 juta penduduk Indonesia yang berdiri memandang kehadapan tirai waktu dan tidak seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi dibalik tirai itu. 

Segalanya adalah proses..kita berkompetesi satu sama lain dan kita mengatakan kita sedang membuat sebab dan berharap melihat akibatnya tidak perduli itu akan menjadi baik atau buruk tapi sebenarnya kita sedang berhitung dalam gejela matimatis alam semesta. Bukan hanya pemilu 2019 tapi seluruh hidup kita.

Setelah mengikuti pertarungan selama 3x, masih terlalu sulit bagi Prabowo untuk memenangkan kursi orang nomor satu di pemerintahan negara Indonesia. Secara matimatis generasi muda lebih cenderung pragramatis. Tidak tertarik dengan politisi agama.


www.editblogtema.net

4 Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

  1. Dan akhirnya ... tanggal pencoblosan yang telah ditetapkan tanggal 18 April lalu dan kita semua sudah melaksanakan kewajibannya memilih pemimpin negara.

    Sekarang kita tinggal tunggu hasil akhirnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. siapapun pemenangnya kita terima, ngotot gak mau terima hanya membuat kita terlihat pacundang he he he

      Hapus
  2. Prabowo ngak mahu menerima hakikat yg dia telah tewas kpd Jokowi!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Case sama ketika yang kalah tak nak lihat reality.

      Apalagi dah coba beberapa kali dan kali akhir berlaku pula hal yang sama

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak