PARADOX CINTA ILAHIAH

Andy Weir menulis sebuah cerpen pada tahun 2009, cerpen yang sangat menarik, indah sekaligus menakutkan jika dia bercerita perihal ide realitas hidup kita, semacam multiverse dalam fiksi sains dan fisika.

"Aku adalah Tuhan dan Kamu sedang dalam perjalanan pulang ke rumah ketika kamu meninggal..." 

Sebuah kecelakaan mobil, sebenarnya bukan peristiwa luarbiasa tetapi kematian tidak pernah memberikanmu pilihan. Kamu meninggalkan seorang isteri dan dua orang anak. Kematianmu itu tidak terlalu menyakitkan, paramedis telah berusaha menyelamatkan hidupmu, tetapi tidak ada harapan, tubuhmu telah hancur, dan itu lebih baik, percayalah kepadaku....

paradox cinta ilahiah

Dan disana, kamu akhirnya bertemu dengan Aku.

"Apa yang terjadi? " kamu bertanya. " Dimanakah aku kini ? " 

"Kamu sudah meninggal," Jawabku dengan datar. Dan hal itu jelas bukan seperti yang ingin kamu dengar. 

"Apakah tadi aku ditabrak truk?...Sebuah tanjakan.." 

"Benar" Jawabku 

"Aku....apakah aku telah mati?" 

"Benar. Tetapi tidak perlu bersedih. Setiap orang pasti akan mati" 

Kamu memandang ke sekelilingmu. Tidak ada apa apa. Sebuah ketiadaan yang sangat luas. Hanya ada kamu dan Aku. "Tempat apa ini?" tanyamu masih dalam ekspresi kebingungan. "Apakah ini surga?" 

"Lebih dan kurang" Aku menjawab. 

"Apakah Anda adalah TUHAN?" tanyamu 

"Benar" Jawabku. "Aku adalah TUHAN" 

"Anak anakku...isteriku" katamu terisak dan setengah memohon. 

"Ya, apa yang ingin kamu ketahui tentang mereka?" tanyaku.

"Apakah mereka akan baik baik saja?" 

"Itu yang ingin Aku lihat" Aku berkata. "Kamu baru saja meninggal, dan hal pertama yang ingin kamu pastikan adalah keluargamu. Itu hal yang baik, Aku suka itu." 

Kamu melihatkku dengan pandangan yang indah. Di matamu Aku tidak terlihat seperti TUHAN. Hanya seperti kebanyakan manusia, lebih terlihat seperti seorang guru ketimbang yang MAHA KUASA. 

"Janganlah bersedih" Aku berkata lagi. "Mereka akan di jaga. Anak anakmu akan mengingatmu sebagai seorang yang sempurna dari segala hal, mereka tidak punya waktu untuk memperhinakanmu. Isterimu akan menangis, itu baik. Tetapi jauh di lubuk hatinya dia lega. Jujur saja, perkawinanmu sedang diujung tanduk. Jika hal itu membuatmu merasa baik baik saja, dia merasa bersalah dengan perasaan lega karena kehilanganmu." 

"Oh" kamu mendesah. "Dan sekarang? Apakah aku akan pergi ke surga atau ke neraka? Atau kemana saja? 

"Tidak kemana kemana" Jawabku. "Kamu akan ber-reinkarnasi." 

"Ah" serumu. "Jadi agama Hindu itu benar!" 

"Semua agama benar, dengan jalan mereka sediri" Kataku. "Mari kita berangkat." 

Kamu mengikuti Aku berjalan melalui ruang hampa melalui ruas ketiadaan yang tidak bertepi. "Kemana kita akan pergi?" tanyamu.

"Sebenarnya tidak kemana mana." kataku. "Hanya saja lebih enak jika berjalan sambil berbicara." 

"Jadi apa sih poinnya?, Apakah nanti akan terjadi tiba tiba?" tanyamu menebak nebak nasibmu lagi.

"Ketika dilahirkan kembali aku tentu akan seperti papan tulis yang kosong, bukan? layaknya seperti seorang bayi. Dan lalu seluruh pengalaman dan seluruh milikku yang pernah kumiliki tidak akan lagi dihitung." 

"Tidak demikian!" Kataku dengan tegas. "Kamu memiliki semua pengatahuan dan itu ada dalam dirimu, semua pengalaman dari kehidupanmu di masa lalu. Kamu tidak mengingatnya untuk waktu sekarang, hanya itu." 

Aku berhenti berjalan dan menyentuh kedua pundakmu. "Jiwamu lebih baik, lebih indah, jauh lebih besar daripada yang dapat kamu bayangkan. Roh manusia tidak akan dapat memuat sekalipun bagian yang paling kecil dirimu. 

Seperti menebak dan mencelupkan jarimu ke dalam gelas berisi air hanya untuk mengetahui apakah dia panas atau dingin. Kamu hanya meletakan bagian terkecil dirimu disana dan ketika kamu mengeluarkan jarimu kembali, kamu juga mengeluarkan semua pengalaman yang telah dimilikinya. 

"Kamu telah menjadi seorang manusia selama 48 tahun jadi kamu belum berbaring untuk merasakan kesadaran yang sangat besar. Jika kita berdiri disini cukup lama, kamu akan mulai mengingat segalanya. 

Tetapi tidak ada cara untuk melakukan ini pada setiap kehidupan." 

"Jadi sudah berapa kali sebenarnya saya ini telah ber-reinkarnasi?" tanyamu. 

" Oh, Sangat banyak. Telah bermilyar milyar kali. Dan itu telah terjadi pada bermilyar kehidupan yang berbeda beda. Kali ini kamu akan kujadikan gadis kecil petani di Cina pada tahun 540 Sebelum Masehi." 

"Tunggu, Apa?" Serumu terkejut."Apakah anda akan mengirimkan saya ke masa lalu?" 

"Secara teknis memang benar, menurutmu. Sang Waktu seperti yang telah kamu ketahui semasa hidupmu hanya ada di dalam alam semestamu. Segalanya berbeda dari tempat dimana Aku berasal. Tidak ada masa lalu, masa kini dan masa nanti. Kamu yang awal, kamu yang sekarang dan kamu juga yang akhir" 

"Darimana Anda berasal?" Kamu bertanya. 

"Oh tentu saja" Aku mencoba menjelaskan: "Aku datang dari suatu tempat dan disana ada mereka yang sepertiku. Aku tahu kamu sangat ingin tahu seperti apa disana, tetapi jujur, kamu tidak akan mengerti." 

"Oh," katamu, sedikit kecewa. "Tetapi tunggu, jika saya ber-reinkarnasi di dalam waktu yang lain, artinya saya juga mampu berinteraksi dengan diri saya sendiri terkadang." 

"Tentu saja. Dan itu terjadi sepanjang waktu. Seakan pada setiap kehidupanmu kamu hanya perduli kepada keberadaan dirimu saja, yakni pada satu titik waktu, kamu bahkan tidak tahu hal itu sedang terjadi dan sedang berlangsung" 

"Lalu, untuk apa semua itu?" tanyamu penuh rasa ingin tahu. 

"Kamu serius?" Aku bertanya. "kamu menanyakan arti kehidupan? Bukankah itu klise?" 

"Tapi itu pertanyaan yang adil" katamu bersikeras. 

Aku menatap matamu. "Arti hidup, adalah alasan mengapa Aku menciptakan seluruh jagat alam semesta, itu sebabnya kamu tumbuh dan berkembang" 

Maksud Anda kemanusiaan? Anda ingin kemanusiaan tumbuh dan berkembang?" 

"Hanya dirimu, Aku telah menciptakan alam semesta ini hanya untuk kamu. Pada setiap kehidupan kamu bertumbuh kembang dan menjadi lebih terlindungi dan kecerdasanmu tumbuh melebar." 

"Hanya aku? Jadi lalu bagaimana dengan yang lain lain?"
***

"Tidak ada yang lain disana" Aku menjelaskan. "Di alam semesta itu hanya ada kamu dan Aku. 

Kamu menatap Aku dengan bingung. "Tapi begitu banyaknya manusia di bumi...?" 

"Semuanya adalah dirimu. Inkarnasi yang berbeda dari dirimu sendiri." 

"Tunggu...Jadi aku ini adalah semua orang!?" 

"Akhirnya kamu mulai mengerti." Aku garis bawahi kalimatku dengan ucapan selamat kepadanya. 

"Aku adalah seluruh kemanusiaan yang telah ada?" tanyamu memastikan 

"Atau yang akan ada." sahutku mengiyakan. 

"Aku Abraham Lincoln?" katamu seolah bertanya kepada dirimu sendiri. 

"Dan kamu adalah John Wilkes Booth, juga," Aku menambahkan. 

"Aku juga adalah Hitler?" Katamu bertanya dengan kecewa. 

"Dan kamu adalah jutaan orang orang yang telah kamu bunuh" 

"Aku Yesus?" 

"Dan kamu adalah pengikutnya. Kamulah anak anak terlantar di benua Afrika, kamulah Jenghiz Khan beserta bala tentaranya. Kamu juga adalah anak dan isterimu, itulah sebabnya mengapa kamu tidak perlu bersedih. Namun kebahagian dan kesedihan sengaja Aku ciptakan agar kamu tidak merasa 'sendirian'. 

Hidup bukanlah mimpi buruk. Ia adalah realitas, anakku" 

Kamu akhirnya membisu membiarkan Aku menjelaskannya. 

"Ketika kamu mengorbankan seseorang" kataku kepadanya. "Itu adalah dirimu sendiri untuk dikorbankan. Setiap kebajikan yang kamu lakukan. Kamulah yang melakukannya. Setiap hal buruk dan menyedihkan yang dialami oleh kemanusiaan, dialami oleh dirimu sendiri." 

Kamu masih membisu dengan pikiranmu sendiri, sampai akhirnya kamu bertanya: 

"Mengapa Anda lakukan semua ini?" tanyamu. 

"karena suatu masa kamu akan menjadi seperti Aku. karena itulah sebenarnya dirimu. Kamu adalah bagian dari diriku, anakku karena kamu harus berevolusi menjadi kami dan memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar daripada sebelumnya." 

Wow," katamu."Maksud anda saya adalah seorang TUHAN?" 

"Belum, belum lagi. Kamu adalah sebuah janin. kamu masih tumbuh. Sekali waktu kamu memiliki seluruh kehidupan manusia selamanya, kamu akan segera dilahirkan." 

"Jadi seluruh alam semesta ini.."katamu lirih."itu hanyalah..." 

"Sebutir telur." Aku menjawab. "Ayo sudah tiba waktunya kamu berpindah kepada kehidupan yang lain." 

Dan Aku mengirim kamu dijalanmu sendiri yang memang seharusnya kamu lalui. Anakku.

Sinopsis: 
TUHAN TIDAK PERNAH TIDAK BERLAKU ADIL KEPADAMU.

Jadi Aku tidak pernah berlaku tidak adil kepadamu. Aku menerima semua tidak ada bedanya perbuatan baik dan perbuatan burukmu, parameter ini hanya ada di semestamu, kamulah yang mengartikan dan melakukan semuanya.

Hanya sangkaan hidup dalam keterbatasan dan kefanaanmu mengira kebenaran itu adalah ini sedangkan yang itu adalah kesesatan, padahal semua itu adalah dirimu sendiri yang sedang bertumbuh kembang menuju kehidupan yang lebih tinggi, anakku. Jadi pada hakikatnya kamu adalah kesadaran yang sedang aku ciptakan dan, Aku adalah penciptamu, Aku selalu mencintaimu.

Sumber : Vie : L'oeuf , par Andy Weir | Esprit Spiritualité Métaphysiques


www.editblogtema.com

10 Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

  1. Realitas hidup sangat meragukan, seperti Rene Descartes: Aku ini ada karena aku berfikir.

    Berfikir adalah inteligensia dan untuk sementara waktu hal itu hanya dimiliki oleh manusia...

    BalasHapus
  2. jika kita mengharapkan yang terbaik sudah pasti di dunia ini kita tak jemu untuk berbuat baik... begitu juga sebaliknya..

    BalasHapus
  3. Very interesting conversation and thought.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trust me, that is not regards a kind of religions, it an imaginer conversation between creature and his creator :)

      Hapus
  4. Apapun yang terjadi pada kita, baik di dunia maupun di akhirat, semua kembali kepada pilihan kita ya, jika memang kita ingin kebaikan, maka mulailah 'menabung' kebaikan, demikian sebaliknya, jika kita jahat, ya kejahatan juga yang bakal dipetik :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu tidak tentang agama dan keyakinan apapun. Tidak juga tentang kebenaran. Itu perihal percakapan imajiner antara makhluk dan penciptanya.

      Hapus
  5. Bagus bangeeettt om! Kata-katanya juga bikin berfikir bahwa siapa kah kita yang sebenar-benarnya? Tetapi butuh fokus untuk membacanya tentu. Paling suka dengan kata-kata ini "Itu adalah dirimu sendiri untuk dikorbankan. Setiap kebajikan yang kamu lakukan. Kamulah yang melakukannya. Setiap hal buruk dan menyedihkan yang dialami oleh kemanusiaan, dialami oleh dirimu sendiri."



    Jika aku menyakitimu sama halnya menyakiti diriku sendiri. Aih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih saya memang pembaca buku buku pilsafat dan sains he he he

      Hapus
  6. Wah ini hasil terjemahan berarti ya. Jujur buku filsafat cukup berat tapi terkadang mengasyikkan untuk dipelajari dan diresapi yang akhirnya bermuara pada pikiran masing2 pembacanya

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak