Pada saat mengalami itu kita akan melihat apa yang telah kita capai selama ini hanyalah omong kosong...
Tidak kira kamu lelaki atau wanita kamu akan mengalaminya hanya cara kalian menyikapinya yang mungkin berbeda. Dan apa yang saya lakukan terhadap diri saya ketika hal itu terjadi?
Saya akan menuliskannya, memaksakan diri untuk mencatatnya. Saya akan pergi dengan hati yang sangat hampa kemana saja kaki mau melangkah. Ke tepi pantai, ke atas bangunan atau jembatan tua. Saya akan memandang ufuk langit yang jauh memandang hingga mata saya tidak dapat lagi menjangkau batasnya.
Kehampaan seperti ini bukanlah hal yang pertama, dulu di waktu kecil saya sering merasa di tinggalkan, menyembunyikan wajah kesakitan saya dibalik kedua lutut mengatupkan mulut dan mengeraskan rahang saya: Saya adalah anak lelaki. Tapi apa daya kehampaan jauh lebih besar daripada diri saya dia seperti ruang yang luas tidak bertepi dan tidak berpenghuni, ruang tanpa warna, hanya hitam dan putih dan kehampaannya membuat saya terhimpit, tersiksa. Sedu dan sedan saya hilang tanpa sisa. Dan tersia sia.
Dia begitu abadi, dalam lingkaran waktu yang kusut dan tidak ku mengerti. Sementara saya hanyalah seorang bocah kecil, kurus dan selalu merasa tersisih. Kesannya membekas dalam hidup saya hingga kini begitu kuat membekas dalam ingatan. Saya begitu marah setelahnya, dan menjadi dingin kepada keluarga saya. Saya merasa telah kehilangan begitu banyak cinta, begitu banyak waktu telah terbuang dalam hidup.
Hari ke hari berlalu saya merasa menjadi lebih kuat, tapi sebenarnya tidak. Saya rapuh dari dalam. Namun akhirnya saya dapat juga belajar untuk tidak perduli. Untuk mengabaikan cinta yang terbatas dan fana. Dan saya selalu berharap semua kehilangan itu tidak akan pernah lagi menyakiti saya selamanya...
Tapi kini hal itu terulang lagi, perasaan itu muncul lagi seperti siklus kesepian di rawa rawa berlumpur di malam hari yang dingin. Lalu mendung turun dan bulan purnama meredup di langit biru yang mulai tertutup gerimis menusuk nusuk permukaan air dengan jutaan titi titik hujan. Saya sendirian lagi disana bersama daun daun yang tertimpa hujan dan bergoyang goyang seperti tarian yang ingin menghilangkan semua keluhan, merasa tidak menginginkan siapa siapa, tidak menginginkan semua ini, ketakutan ini adalah ketakutan yang jauh lebih besar daripada apa yang dapat saya bayangkan.
Jauh di dalam jiwa, di relung waktu yang telah berlalu ada palung panjang dengan suara suara teriakan kesepian dan kehampaan, suatu yang begitu akrab namun tetap asing bagiku...
Tidak kira kamu lelaki atau wanita kamu akan mengalaminya hanya cara kalian menyikapinya yang mungkin berbeda. Dan apa yang saya lakukan terhadap diri saya ketika hal itu terjadi?
Saya akan menuliskannya, memaksakan diri untuk mencatatnya. Saya akan pergi dengan hati yang sangat hampa kemana saja kaki mau melangkah. Ke tepi pantai, ke atas bangunan atau jembatan tua. Saya akan memandang ufuk langit yang jauh memandang hingga mata saya tidak dapat lagi menjangkau batasnya.
Kehampaan seperti ini bukanlah hal yang pertama, dulu di waktu kecil saya sering merasa di tinggalkan, menyembunyikan wajah kesakitan saya dibalik kedua lutut mengatupkan mulut dan mengeraskan rahang saya: Saya adalah anak lelaki. Tapi apa daya kehampaan jauh lebih besar daripada diri saya dia seperti ruang yang luas tidak bertepi dan tidak berpenghuni, ruang tanpa warna, hanya hitam dan putih dan kehampaannya membuat saya terhimpit, tersiksa. Sedu dan sedan saya hilang tanpa sisa. Dan tersia sia.
Hari ke hari berlalu saya merasa menjadi lebih kuat, tapi sebenarnya tidak. Saya rapuh dari dalam. Namun akhirnya saya dapat juga belajar untuk tidak perduli. Untuk mengabaikan cinta yang terbatas dan fana. Dan saya selalu berharap semua kehilangan itu tidak akan pernah lagi menyakiti saya selamanya...
Tapi kini hal itu terulang lagi, perasaan itu muncul lagi seperti siklus kesepian di rawa rawa berlumpur di malam hari yang dingin. Lalu mendung turun dan bulan purnama meredup di langit biru yang mulai tertutup gerimis menusuk nusuk permukaan air dengan jutaan titi titik hujan. Saya sendirian lagi disana bersama daun daun yang tertimpa hujan dan bergoyang goyang seperti tarian yang ingin menghilangkan semua keluhan, merasa tidak menginginkan siapa siapa, tidak menginginkan semua ini, ketakutan ini adalah ketakutan yang jauh lebih besar daripada apa yang dapat saya bayangkan.
Jauh di dalam jiwa, di relung waktu yang telah berlalu ada palung panjang dengan suara suara teriakan kesepian dan kehampaan, suatu yang begitu akrab namun tetap asing bagiku...
i am sorry dear friend i don't know for what reason i can't translate your page once again :(
BalasHapusbest wishes for your beautiful blog and wonderful and very useful sharing :)
I know... You have a good human sense..
HapusI just reopened your blog on my phone in hope that I can find page translated
BalasHapusThis is sad post my friend!
I can relate so strongly to it as I suffered with such weird emptiness some years ago
Once I read that such people who cannot find themselves satisfied with what world offers have "SPIRITUAL LONELINESS "
They need to understand their peculiarly and should not turn this blessing into a curse by not undeerrstanding it
They must learn that TRUE KIT belong to world inside us
So we have to be grateful for all we have
Dig in to our spiritual side and create environment within to except what life offers and to deal with it with complete patience and focus
Wishing you all the happiness my friend!
Mantap, biasanya membahas seputar SEO, HTML, atau template, kini membuat cerpen ya mas tentang kehidupan anak indigo. Cukup menarik soal indigo ini, ada yang mengatakan itu kelebihan dari Tuhan (bakat lahir), ada pula itu gangguan jin yang harus dirukyah. Jujur, dalam hal ini saya tidak bisa memihak yang mana, karena masing2 punya argumen yang kuat. Memang orang normal seringkali menganggap aneh orang Indigo, bagi kaum Indigo pun menganggap orang normal sebagai orang yang tidak peka hehe..
BalasHapusOH itu hanya statemen metafora bukan cerpen Mas Vicky he he he...
Hapusmantap mas, tapi di ada yang komen pake b. ing tu heehee, apa benar dia orang asing
BalasHapusBenar...
HapusApa orang indigo segalau itu ya.. kayak nya sedih amat gan saya bacanya
BalasHapuspain experiences!
BalasHapusBerusaha meresapi kata demi kata, mencoba menangkap makna utuh dari kesedihan mas Aan. Seperti kata guru saya, Tuhan tidak akan menguji kita melebihi kemampuan kita.
BalasHapusMasih ada pelangi indah dibalik semuanya
Apakah tulisan diatas real dr mas penulisnya sendiri ? Saya kok jd bs ikut kebawa juga ya jadinya..
BalasHapuskerenn nihh template nyaaa mass
BalasHapusSaya sering merasakan hal ini deh.
BalasHapusKadang, perasaan kayak gini datang tanpa permisi, seringnya terjadi di malam hari.
Saat saya mau tidur, tiba-tiba saya merasa amat sangat sedih.
Merasa hampa, merasa nggak punya siapa-siapa, padahal ya nggak seperti itu juga.
Dan perasaan macam itu, tidak hanya hadir di saat memang saya sedih, bahkan saya lagi bahagia juga bsia tiba-tiba dihampiri perasaan itu.
Tapi saya nggak merasa indigo sih, jangan ih hahahaha