APAKAH TEORI KEKEBALAN MASSAL ITU? AKANKAH INDONESIA MENERAPKANNYA?

Melalui blog tutorial ini saya malah memberikan opini hanya sebagai seorang bodoh ya apalagi jikalau bukan perihal covid_19, Khususnya perihal penerapan "herd immnunity" alias "kekebalan Massal", Anda harus tahu gambaran dan faktanya yang mengerikan.

Saya, terutama merasa sangat cemas, pada saat membaca bagaimana Inggris dan Belanda sedang mempertimbangkan alternatif ketiga yang terkenal dengan sebutan 'Kekebalan Massal' tersebut, di samping itu saya juga terus mengikuti bagaimana para Ilmuwan menentang alternatif ini dan Cina tidak tanggung tanggung mengecam ide ini sebagai penerapan teori Darwin. Lalu apakah sebenarnnya kekebalan massal itu?
kekebalan massal dalam menghadapi virus corona?
kekebalan massal dalam menghadapi virus corona?
Yakni Pendekatan 'herd immunity' sudah disampaikan oleh Sir Patrick Vallance, penasehat utama bidang sains pemerintah Inggris. Dalam wawancara tanggal 13 Maret lalu, Sir Patrick mengatakan salah satu hal penting yang dapat di lakukan oleh kerajaan Inggris adalah membangun kekebalan massal.

Menurut Sir Patrik, dengan banyak warga yang kebal terhadap virus tersebut, warga tidak bisa menyebarkan virus tersebut lagi. Tujuannya adalah memperlambat penyebaran infeksi semaksimal mungkin, dan membangun semacam kekebalan di kalangan masyarakat," kata Anders Tegnell, kepala bidang penyakit menular Swedia. Dan untuk mencapai hal tersebut satu satunya cara adalah membiarkan warganya terinfeksi virus corona!

Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte mengatakan 'lockdown' mungkin tidak akan efektif di negaranya. Dia mengatakan Belanda akan melakukan kontrol terhadap penyebaran COVID-19 di kalangan warga yang paling beresiko bila terkena virus paling mematikan ini.

Kekebalan massal artinya sebagian penduduk atau: lebih separo populasi penduduk akan terkena sebuah penyakit dan kemudian mereka sembuh dan menjadi kebal karenanya. Dengan itu penyebaran menjadi berkurang karena semakin sedikit mereka yang terinfeksi oleh virus tersebut. Benarkah demikian teorinya? Maafkan jikalau saya salah.

Ini dianggap sebagai salah satu cara memerangi pademik, selain dengan memisahkan orang per orang, melakukan testing dan melacak pergerakan orang dan juga membuat vaksin.

Para sejarawan (bukan ilmuwan) mengatakan gelombang kedua pandemik flu di Spanyol di tahun 1918 menimbulkan korban paling besar, karena ketika di gelombang pertama hanya sedikit orang yang memiliki kekebalan.

CINA MENGECAM TEORI TERSEBUT

Selain Cina, Jepang juga tampak tidak 'setuju' dengan teori ini yang menurut Ilmuwan sangat berbahaya dan dapat mengorbankan populasi manusia secara massal. Para Ilmuwan Jepang mennyatakan tidak ada bukti bahwa korban yang terinfeksi dan kemudian sembuh menjadi kebal terhadap penyakit corona. Pihak berwenang Jepang mengatakan tanggal 16 Maret lalu bahwa seorang pria yang sudah dites positif COVID-19 sebelumnya, kemudian terjangkit lagi beberapa minggu kemudian. Oke tarohlah pengujiannya itu salah.

Akan tetapi seorang pria yang terkena virus di kapal pesiar Diamond Princess yang telah dinyatakan sembuh dilaporkan terkena lagi beberapa minggu kemudian. Diego Silva, dosen ilmu bioetika di University of Sydney bahkan telah mengatakan sampai sekarang masih banyak yang belum mengetahui mengenai virus tersebut dan bagaimana reaksi tubuh kita. 

Bagaimana jika virus ini ternyata memiliki fitur dan kemampuan beradaptasi jauh melebihi kemampuan daya tahan manusia, bagaimana mungkin menjadikan begitu banyak manusia sebagai kelinci percobaan?

FITUR BARU VIRUS CORONA YANG BARU DI KETAHUI

Ada penemuan baru pada orang orang yang telah terinfeksi, tanpa mereka menyadarinya yakni walaupun mereka tidak merasa telah terinfeksi namun mereka kehilangan indera penciuman dan indera pengecapan.

Lalu pada penelitian orang orang yang telah sembuh di dapatkan bahwa fungsi paru paru mereka melemah dan menghilang sebagian. Kasus ini masih dalam penelitian lebih lanjut.

MENGAPA HARUS MEMILIH ALTERNATIF KEKEBALAN MASSAL?

Karena Eropa pasti berbeda dengan Cina. Cina dapat melakukan lock down dengan keras dan tegas. Orang orang cina mematuhi pemimpin mereka. Lock down di Cina sangat berbeda dengan Lock down di Italia. Di Italia kenderaan dan sebagian orang orang tetap berkeliaran demikian fakta yang membuat 300 orang tenaga medis Cina di Italia menjadi kebingungan. Apa yang terjadi di Italia adalah gambaran apa yang akan terjadi di Eropa pada saat mengatasi virus corona.

Dan Cina sukses. Dari penyebar melapataka menjadi peneyelamat dunia. Tampak Italia menjadi sangat buruk. Dan seluruh Eropa kini di landa kecemasan, itulah sebabnya memilih alternatif 'kekebalan massal' tampak masuk akal.

Namun Cina mengecam dan mengatakan Ide tersebut sebagai ujud pelaksanaan Darwinisme yang sangat mengerikan terhadap umat manusia. Mengapa harus memberikan risiko dan perjudian maut kepada manusia? Bukankah cara lockdown Cina terbukti ampuh mengatasi virus corona? Mengapa mereka terlihat begitu putus asa. 

Dan sebagai tanggapan atas penolakan penolakan ini, pihak berwenang Inggis telah memberikan pernyataan tidak akan mengambil 'risiko' ini.

PENDAPAT SAYA ORANG AWAM: TERLALU KEJAM.

kalau di baca dari referensinya, praktiknya sih akan seperti ini: Yakni dengan mengorbankan lebih separoh populasi penduduk demi untuk mendapatkan kekebalan pada generasi berikutnya. Itulah sebabnya Cina mencela keras hal tersebut dan menyebutnya sebagai "mempraktikan Darwinisme terhadap manusia". Berkaca dari kasus pandemik flu di Spanyol di tahun 1918 menimbulkan korban paling besar, karena ketika di gelombang pertama hanya sedikit orang yang memiliki kekebalan. Hanya pada generasi berikutnya terbentuk kekebalan tersebut.

Sangat jelas jika hal tersebut di praktikan, korban pada kasus virus corona pada orang orang berusia tua generasi pertama tidak akan dapat di hindari. Hal ini akan mendatangkan gelombang kejut berupa dampak sosial yang tidak kecil: Satu generasi anak anak yang mungkin selamat akan  kehilangan tumpuan hidup: Kehilangan cinta dari orang orang tua yang telah pergi. Dunia akan terluka sangat lama.

Disamping Cina yang dengan tegas menolak ide tersebut, itu pula sebabnya Jepang tampak memasang wajah sangat keberatan.

Karena Jika usaha Cina di Wuhan tampak memberikan hasil mengapa memilih praktik yang tampak sangat tidak manusiawi itu? Mengapa tidak memilih cara yang sudah terbukti sukses seperti di tunjukan di Korea Selatan dan Jepang?

Karena saya bukan ahli virus samasekali saya berfikir untung dan ruginya saja dengan sedikit seuzon, saya berharap pemerintah Indonesia tidak akan menerapkan teori 'kekebalan massal' ini yang secara teoritis memang saya akui tampak masuk akal.

Apalagi jika idenya berasal dari benua biru yang maju tempat teori Darwin di lahirkan, akan lebih banyak terlontar ide gila dari manusia untuk mengontrol dan meminimalisir jumlah populasi manusia dengan meminjam bencana wabah ini.

Karena tidak akan berlaku hukum jangka panjang yang berimplikasi terhadap manusia pengambil keputusan seperti kejahatan perang, pembantaian dan ide keluarga berencana. Siapa juga yang akan dijatuhi hukuman karena 'tidak berdaya' dalam mengatasi wabah, bukan?

Ketika wabah flu membunuh jutaan orang seratus tahun lalu di Spanyol dan dengan cepat menjangikiti dunia, puluhan juta orang meninggal, harus diakui, dunia menjadi bersih dari polusi  pada waktu itu, populasi menjadi 'longgar' untuk sementara. Dunia seolah dapat bernafas lebih longgar setelahnya.

Dan tidak ada tuntutan PBB untuk kejahatan 'pembantaian' umat manusia atas tuduhan 'menghilangkan' nyawa manusia. Generasi baru lahir dengan sistem kekebalan tubuh yang baru. Seolah dengan cara demikian alam memperbaiki kesalahannya. Yakni membuang yang lebih lemah (teori Darwin - seleksi Alam) dan membiarkan hidup yang dapat bertahan.

Sejauh ini wabah serupa corona (pademi) memang tercatat dalam rentang setiap seratus tahun dan dalam rentang waktu tersebut tampaknya selalu menemukan siklusnya.

Akan tetapi, lihatlah betapa putus asanya wajah Eropa pada saat ini. Mereka tidak yakin dapat menerapkan apa yang telah di praktikan oleh negara Asia seperti Cina.

Sebagai negara negara yang tergabung dalama ikatan NATO mereka tidak berdaya dan hanya membiarkan Cina dan Russia mengirimkan bantuan dengan armada militer mereka memasuki Italia. Yakni dua negara yang selama ini adalah "Musuh-musuh tradisional" mereka semenjak perang dunia kedua.

Sedangkan terkait dengan gagasan 'kekebelan massal' saya sangat keberatan karena:
  • Seperti berjudi dengan nyawa manusia, bagaimana jika teori itu gagal? Bukankah sama saja dengan membiarkan rakyat terbunuh satu demi satu tanpa berbuat apa apa alias membiarkan saja?
  • Sebagai orang awam saya kuatir bahwa virus corona membawa fitur fitur tersembunyi yang belum sepenuhnya kita pelajari. Jika kemampuan mereka beradaptasi, bermutasi dan berkembang melebihi kemampuan manusia dalam membangun imunitas secara alami (seperti tersirat dalam gagasan kekebalan massal) bukankah manusia akan pacundang karena mengambil risiko ini?
  • Jika cara cara yang telah ada dan telah dilakukan seperti yang telah di terapkan di Wuhan oleh Cina dan cara yang dilakukan oleh Jepang dan Korea terbukti berhasil, mengapa memilih cara ketiga dan membiarkan manusia terinfeksi dengan sengaja demi menemukan mimpi kekebalan massal?
  • Cara diatas berlawanan dengan cara menemukan vaksin pembunuh corona. 
Well seperti contoh di Cina terkadang contoh sebuah pemerintahan yang sukses tidak harus otoriter, demokratis atau otokratis. Semua itu hanyalah bentuk dan model yang telah ada, semuanya pernah sukses. Sejarah mencatatnya dengan adil, tidak ada yang pernah menjadi lebih baik daripada yang lain.

Pada kasus Cina pemerintah bertindak seperti seorang ayah yang tegas dan menghukum anak anaknya untuk mematuhi perintah mereka demi kebaikan di masa yang akan datang. Pada kasus Eropa pemerintah berperilaku seperti seorang teman yang sungkan menerapkan aturan kepada teman temannya...Bayangkan, dunia tanpa warna, jadi sesungguhnya baik dan buruk itu terpulang pada penempatannya....

18 Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

  1. Pandemi ini kapan berakhir ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buktinya Cina sudah dinyatakan bebas, artinya tetap akan berakhir. Hanya saja kita yang ditimpa belakangan tentu harus belajar lebih banyak dari mereka

      Hapus
    2. Betul, semoga segera berakhir, biar bisa segera aktivitas seperti biasa tanpa khawatir akan covid.. aamiin..

      Hapus
    3. tapi di Hong Kong belum loh, bahkan makin ketat peraturannya

      Hapus
  2. tapi untuk kita, masyarakatnya pada bandel. mungkin berurusan dengan perut juga ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas, kalo sudah urusan perut masalah virus dikesampingkan dulu, soalnya urusan perut harus diutamakan tapi harus tetap waspada sih.

      Hapus
  3. Saya juga kurang setuju dengan opsi kekebalan massal karena tiap orang berbeda-beda kekebalan tubuhnya, apalagi sekarang banyak makanan dan minuman yang banyak mengandung pengawet.

    Lagi pula virus corona mungkin membawa fitur fitur tersembunyi yang belum sepenuhnya kita pelajari. Jika kemampuan mereka beradaptasi, bermutasi dan berkembang melebihi kemampuan manusia dalam membangun imunitas secara alami maka manusia bisa celaka.

    BalasHapus
  4. What, teori kekebalan massal virus covid-19 itu caranya membiarkan sebagian warganya terkena virus 😱 ?.
    Mengerikan dan riskan banget menurutku, ya ....

    Kalau diterapkan seperti itu, kemungkinan besar presantase jumlah korbannya akan lebih banyak karena virus sangat cepat menyebar, yang sembuh dan kebal sangat sedikit.

    Kebalnya pun kurasa hanya sesaat, beberapa hari kemudian bisa kambuh lagi.

    BalasHapus
  5. Kekebalan massal membuat saya merasa membaca novel thriller bagaimana sebuah wabah diciptakan dan disebarkan. Mengerikan, tapi saat ini memang begitu adanya. Kita melawan sesuatu yang tak terlihat dan tak dikenal. Semoga wabah ini segera berakhir, aamiin.

    BalasHapus
  6. tragedi virus corona sudah seperti di film-film zombie aja ya :D

    BalasHapus
  7. Kemaren baca juga di grup wa artikel herd immunity ini. Terasa seram yah, menunggu siapa yang paling bertahan hingga akhir.

    Pada hewan sih kadang gak sengaja diterapkan, dulu suka miara ayam. Secara periodik berjangkit wabah yang membuat ayam2 pada mati.

    Nah ayam2 yang selamat kemudian dipelihara untuk jadi indukan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waw... Jangan terapkan ke manusia ya...

      Hapus
    2. Saya jadi teringat film penyebaran virus melalui makanan kalau seperti ini, jadi filmnya terkait dengan rantai makanan gitu, jadi salah makan gitu. A dimakan B, B dimakan C, C dimakan D dan D dimakan oleh manusia. Dan semuanya tidak ada yang selamat.

      Hapus
    3. nah.. di Inggris aja udah dianggap gagal

      Hapus
  8. Kekebalan massal kirain apa, ternyata biar terinfeksi semua..dampknya kayanya tambah runyam..andaikata yg kena para orang tua...punya tanggungan menafkahi keluarga..kan rumit

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau di baca dari referensinya, praktiknya sih akan seperti itu: Yakni mengorbankan lebih separoh populasi penduduk demi untuk mendapatkan kekebelan pada generasi berikutnya. Itulah sebabnya Cina mencela keras hal tersebut dan menyebutnya sebagai "mempraktikan Darwinisme terhadap manusia". Sangat jelas korban dari orang orang tua tidak dapat di hindari.

      Itu pula sebabnya Jepang tampak sangat keberatan.

      Karena Jika usaha Cina di Wuhan tampak memberikan hasil mengapa memilih praktik yang tampak sangat tidak manusiawi itu? Mengapa tidak memilih cara yang sudah terbukti sukses seperti di tunjukan di Korea Selatan dan Jepang?

      Hapus
  9. Ngeri juga ya, jadi teorinya, semua ketularan, siapa yang bertahan ya dia yang hidup.
    Mati semua dong yang tua-tua, dan yang sakit-sakitan ckckckck.

    Terlalu seram ih, mendingan menghindar, biarin sivirus mati karena nggak nemu inang buat berkembang biak.

    Semoga semua ini segera berlalu, aamiin :)

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak