Zaman buku cetak akan berakhir ada gawai pengganti kertas di era baca digital

Perubahan dunia terasa sedikit mengejutkan, mungkin juga tidak, namun semakin cepat dari yang kita pikirkan, terutama pada saat wabah covid 19 atau corona sedang melanda dunia. Dan yang paling menarik adalah manusia sedikit terkejut dengan cara belajar online yang digalakan dimana mana. Ini akan berpengaruh besar bagi masa depan dunia baca membaca. Membaca tidak lagi melalui kertas tetapi melalui perangkat elektronik!

zamannya buku cetak telah berakhir


PERUBAHAN YANG MENGUKIR SEJARAH: KISAH STATUS QUO.
1
Ingat sejarah zaman manusia menulis melalui prasasti? Ia berlangsung ribuan tahun, waktu yang sungguh tidak sebentar.  Pada masa itu prasasti sangat berharga, tidak ada orang yang berpikir sebuah buku dapat di tulis di atas kulit hewan, atau di atas kertas papirus, dan belum terbayang melimpahnya kertas pada abad ke 20. Semakin cepat informasi tersebar melalui media yang semakin praktis. menulis di dinding dan di atas lempengan batu, itu adalah kebutuhan zaman dulu. Yang mampu melakukannya adalah orang orang yang istemewa. Ya hanya orang orang istemewa.

Pada awalnya Orang orang zaman kuno mentertawakan dan mencela habis habisan penggunaan kertas papirus, bahkan para pandeta membakar kertas papirus dan ingin mempertahankan menulis di atas batu karena merupakan pekerjaan mahakarya yang sakral dan hanya segelintir elit ahli yang mampu mengerjakannya, mereka ingin mempertahankan kehormatan itu, mereka mempertahankan status quo.

Akan tetapi ada masa masa dimana Raja dan pemerintah zaman kuno yang progresif campur tangan dan mengijinkan orang orang muda menulis di atas kertas papirus, kertas papirus kemudian menjadi sangat populer terutama di Mesopotamia dan Mesir Kuno. Perubahan tersebut mempercepat lajunya informasi dan mempercepat perkembangan dan kemajuan teknologi. Naskah naskah 'suci' itu disimpan di kuil kuil, dan itu juga berlangsung hingga ribuan tahun, waktu yang sangat lama, sampai akhirnya muncul kertas. 

Dan kertas menandakan era modern sedang menjelang datang, tiba tiba naskah naskah tidak melulu di simpan oleh para pemuka agama dan pandeta pandeta atau orang orang suci, naskah naskah menjadi buku dan di baca oleh kalangan umum, pelajaran membaca termasuk dalam proses ini. 

Kertas saja belum cukup, sampai akhirnya muncul mesin ketik oleh Gutenberg yang mempercepat penulisan, kecepatan informasi menjadi berlipat ganda menghasilkan peradaban modern yang menghasilkan teknologi teknologi yang menakjubkan. Lebih cepat mengalir ke arus bawah ke dalam strata sosial orang kebanyakan.

Dan karenanya umat manusia mulai memandang dunia dengan cara berbeda: Lebih logis dan lebih realistis.

Karena jatuh ke tangan kalangan umum dan orang biasa, naskah naskah naskah tersebut  juga kehilangan 'ke sakralannya', hilang kesuciannya hilang keistemewaannya dan menjadi hal yang biasa saja.

KISAH SANG PELOPOR, MANUSIA SELALU MENGULANGI KESALAHAN SEJARAH.
2
Apa yang saya ceritakan di bawah adalah sebuah pengingat: Bahwa manusia selalu mengulangi kesalahan sejarah, jika kesalahan adalah suatu pelajaran, maka pelajaran itu sangatlah mahal harganya karena selalu memakan korban!

Karena apapun bentuknya, yang namanya perubahan tidak akan sepi terhadap penolakan, Galileo Galilei di tolak dan ditahan, Kepler di hukum dan bahkan kuburnnya di obrak abrik karena perubahan akibat dari penemuannya yang kemudian oleh sejarah ternyata benar. Orang orang marah dan menolak temuan baru yang menghancurkan tradisi lama dan bukti dunia bulat.

Kini setelah mereka tiada, dunia segera mengetahui orang orang yang telah mereka hukum adalah orang orang yang benar.

Dan sekarang Era kertas akan segera berakhir, ada juga kemiripan kisahnya...yakni, Ketika Peter James menerbitkan novelnya Host dalam bentuk dua buah floppy disk pada tahun 1993, ia sebenarnya sama sekali tidak menyangka hal itu akan menjadi 'serangan bumerang berbahaya' kepada era buku kertas yang terjadi sesudahnya.

Apa yang terjadi terhadapnya? Para pencinta buku cetak, para wartawan dan sesama penulis pada masa itu mengecam dan mencaci makinya dan seorang reporter bahkan menarik komputer dan sebuah generator ke pantai untuk menunjukkan betapa bodoh dan menggelikannya bentuk membaca 'buku' jenis baru itu. 

Kini kita tahu Peter James benar dan orang lucu dan konyol itu adalah reporter yang tidak memiliki visi masa depan. Kita memaklumi keterbatasan manusia yang sangat sulit menjadi bijak.

Pada intinya, manusia tidak pernah kapok mengulang kesalahan bersejarah. Dan selalu ada korban seperti Galileo, Kepler dan James Peter. 

Charles Darwin di tolak habis habisan karena teorinya telah merobah pandangan generasi sesudahnya menjadi lebih realistis: Bahwa manusia dan makhluk hidup lainya serupa, manusia hanyalah bagian dari alam dan makhluk hidup yang sedang berevolusi,  dan mereka perahan lahan berubah menuju sebuah bentuk kesempurnaan mereka masing masing yang sesuai dengan lingkungan. Manusia sama sekali bukan sentral ataupun pusat perhatian semesta. 

Demikian juga teknologi yang mengiringinya, demikian pula dampak perubahan yang terjadi setelahnya. 

Kata Peter James: “Saya jadi berita halaman depan di banyak surat kabar di seluruh dunia, dan dituduh membunuh novel,"  “Sekarang saya baru mengerti bahwa novel memang sudah hampir mati dengan cepat, bahkan tanpa bantuan saya sekalipun.” 

Dan orang orang mulai menaroh hormat kepada James Peter, namun sudah terlambat sekali. Ya itu tadi selalu ada orang gegabah dalam menyikapi perubahan dan membuat kesalahan bersejarah.

Sesaat setelah munculnya novel Host, James meramalkan bahwa buku elektronik atau e-book akan menjadi populer sesudah buku elektronik memiliki bentuk yang mudah diakses dan bisa dinikmati seperti buku cetakan. Buku elektronik yang merupakan hal baru di tahun 90-an, dengan kata lain, pada akhirnya akan menjadi mapan sampai kemudian mengancam punahnya buku tradisional: Buku cetak.

Dua dasawarsa kemudian, visi James hampir menjadi kenyataan. Dan kini setelah peristiwa wabah Covid 19 orang orang baru menyadari sejarah memang akan terulang buku buku kertas akan segera masuk musium seperti buku buku yang di tulis dari kulit dan kertas papirus dalam satu atau dua generasi setelah kita, atau bisa saja lebih cepat dari itu akan menggunakan media yang samasekali berbeda: Media digital.

Melambungnya popularitas buku elektronik dalam tahun-tahun terakhir ini bukanlah berita baru, tetapi ke mana arahnya mereka akan menuju, dan apakah dampaknya bagi buku cetakan, belum semuanya dapat diketahui.

Yang kita ketahui adalah, menurut sebuah survei yang diadakan tahun lalu oleh Pew Research, bahwa setengah dari orang dewasa Amerika Serikat kini memiliki komputer tablet atau e-reader, dan bahwa tiga dari 10 orang membaca buku elektronik pada tahun 2013. 

Tahun 2020 tentunya telah meningkat tajam. Masih banyak generasi tua yang cemas jika suatu hari kelak buku dalam bentuk cetak akan lenyap. Atau bahkan mereka tidak percaya bahwa buku buku cetak akan lenyap karena orang tidak mau mencetaknya lagi karena tidak menguntungkan lagi disisi bisnis.

Siapa juga yang gila membangun warnet di tahun 2020? Atau menjual lampu taplok di kota? Demikian lah kaitan kemajuan teknologi dengan bisnis, bukan? Dan buku? Tidak akan ada pengecualian untuk itu. Orang pasti akan berhenti mencetaknya ketika tidak ada lagi pembacanya artinya tidak ada lagi nilai bisnis untuk itu. Tapi tunggu, ia hanyalah kertas, buku tidak mati kini ia menemukan gawai atau gagdet baca masa depannya. Dan meninggalkan kertas masa lalunya.

Era buku akan segera berakhri, dan GABA (baca: Gawai/gadget Baca) sedang menunggu peranan pada zamannya.

KEKUATIRAN AKAN KEHILANGAN ZAMAN MEMBACA BUKU CETAK.
3
Zaman buku cetak belumlah berakhir, sampai sekarang orang masih membaca buku melalui media yang sangat ikonik, dan orang menyebutnya: Buku fisik. 

Akan tetapi bercermin dari dunia photographer, zaman photo cetak telah berakhir dan digantikan oleh zaman photo digital yang semakin tajam dan halus, orang tidak pernah menyangka fuji filem berakhir seperti demikian karena mengabaikan perubahan ini.

Kalau membaca itu ya melalui buku (baca: halaman kertas), dan membaca selalu identik dengan itu. Akan tetapi kelak ketika orang mulai meninggalkan dan melupakan buku (beberapa generasi lagi atau lebih cepat) orang membaca melalui 'gawai baca' dan orang menyebutnya GABA=Gawai Baca atau Gadget Baca, dan kelak ya dengan itu kalau mau membaca ya melalui itu dan akan sangat identik dengan itu.

Kini kita mulai melihat zaman keruntuhan industri media baca konvensional: Satu persatu penerbit dan media massa telah runtuh di masa ini karena kehilangan oplah cetak dan tidak lagi mampu menutupi beaya produksi, padahal dimasa lalu pemilik percetakan kekayaanya dapat disamakan dengan taipan. 

Di inggris dan Amerika koran koran lenyap dari dalam kereta api pagi dan senja. 

Jujur saja, generasi zaman sekarang tidak tertarik dengan koran lagi, mereka lebih tekun melihat kelayar hape atau tablet, artinya apa? Artinya bisnis buku, jualan buku bahkan jualan apapun ada di layar itu. Peluang bisnis era digital juga jauh lebih terbuka.

Tahukah kalian, pasar buku di Amerika sempat mulai sangat panik ketika Amazon Kindle di publikasikan? Hal itu terjadi pada tahun 2010 yakni sepuluh tahun yang lalu, karena ternyata lebih separoh buku buku digital di Amazon Kindle ternyata gratis! Apalagi terdapat kecenderungan popularitas yang terus meningkat di Amerika, Kanada, Australia dan Eropa (umumnya di negara negara maju).

Tentu saja buku buku gratis ini muncul di tengah kepanikan para penerbit bahwa harga buku elektronik, yang harganya 10 dolar AS per judul untuk terbitan baru dan yang paling laku, bisa menjatuhkan pasaran buku hardcover yang harganya bisa sampai 25 dolar AS atau paling sedikitnya 13 dolar AS untuk sampul tipis.

Lho kok pakai main gratis? Atau paling tidak jauh lebih murah daripada beli buku konvensional, tentu saja karena beaya "cetaknya" gak ada lagi. 

Menggandakannya juga tinggal "copy-paste" begitu sih kira kira tekniknya. (Namun jangan coba coba mencuri hak cipta orang lain, selain proteksinya sangat kuat dan mumpuni Anda akan dijerat dan dikenakan UUD hak Cipta).

Hampir tidak lagi terlihat orang orang membaca koran sampai tubuhnya tertutup halaman surat kabar di dalam kereta api senja. Yang ada kini generasi yang 'tekun' menatap layar hape dan tablet. Jadi memang benar generasi berikutnya akan mengecewakan generasi tua yang masih bersikap lebih kepada status quo: Mempertahankan kesakralan buku cetak.

Dan lalu isu lingkungan hidup tampaknya akan memperburuk nasib buku cetak, pembuatan kertas yang mempergunakan tanaman hayati juga ikut mengemuka. Kertas membunuh kayu dan tanaman, sedangkan tanaman itu tetaplah makhluk hidup, yang menjaga keseimbangan ekosistem alam sekitar kita.

RISET 

Memang ada Riset secara kasar menemukan bahwa bentuk cetak ada di satu sisi dalam spektrum membaca (paling membuat orang terbenam dalam bacaan) dan naskah daring berada di sisi lainnya (paling mengganggu perhatian). Membaca dengan Kindle kelihatannya berada di tengah-tengah spektrum ini.

Banyak orang khawatir bahwa kemampuan kita ikut terbenam dalam cerita yang berubah itu. Kekhawatiran bahwa kita akan memiliki otak untuk membaca dengan kemampuan jangka pendek, memang bagus untuk mengumpulkan informasi tetapi tidak untuk membentuk kemampuan membaca yang dalam.

Yakni kemampuan membaca yang kritis dan analitis.

Namun sayangnya bidang penelitian ini masih merupakan hal yang baru dan penemuan mengenai dampak negatif membaca elektronik masih belum pasti. 

Bahkan sejumlah studi malah menghasilkan temuan yang bertentangan, termasuk bahwa membaca elektronik tidak berdampak terhadap pemahaman atau bahkan dapat meningkatkannya, terutama untuk pembaca yang mengalami disleksia. Nah lho.

Bagaimanapun walau ada semua kekhawatiran bahwa buku elektronik ini mengubah cara kita dalam memahami kata-kata tertulis dan berinteraksi dengan orang lain, namun sangat bagus karena tidak pernah sebelumnya kita memiliki 'demokratisasi pengetahuan' seperti ini.

Walaupun menghabiskan terlalu banyak waktu di piranti mungkin menjadi masalah bagi anak-anak dan orang dewasa di Eropa dan Amerika Serikat, untuk mereka yang berada di negara berkembang seperti Indonesia, namun hal ini tetap sangat bisa menjadi berkah: Sebagai 'mekanisme paling penting untuk menjadikan orang melek aksara'. Terutama hampir terbukti pada saat Covid 19 sedang melanda dunia. Cara belajar online ternayata merupakan satu satunya pilihan. Dan dunia telah menunjukannya.

Sekali lagi wabah tahun 2020 ini seakan membantu mempercepat revolusi dalam perubahan ini.

4 GAWAI BACA DIGITAL MASA KINI
4
Untuk sememtra para produsen gawai digital mendapatkan sedikit keuntungan di era baca digital, adapun merek mereknya masih terbatas, saya mengumpulkan informasi tentang gawai baca yang cukup luas dipergunakan di Amerika. Cina dan Eropa:

1. Amazone Kindle

Kindle pertama kali di buat pada bulan November tahun 2007. Amazon adalah contoh sebuah perusahaan yang penuh dengan inovasi, mereka pada awal didirikan tahun 1995 hanyalah penjual buku dari sebuah garasi yang disulap menjadi toko 'AMAZON' cukup lama untuk mereka menyadari, bahwa pada akhirnya cepat atau lambat era buku cetak akan berakhir, dan Amazon akhirnya membuat gawai atau tablet untuk membaca buku: Mereka segera melihat peluang bisnis yang semakin membuat amazon menjadi kaya raya: Buku Digital. Ya sampai saat ini Amazon telah menjadi raja diraja bukunya digital.
gawai baca amazon kindle
gawai baca amazon kindle sangat praktis dan menyimpan banyak koleksi buku buku

Kita tidak akan bercerita bagaimana caranya amazon mengalihkan pembaca buku fisik ke buku digital, karena sampai sekarangpun orang masih membaca buku buku dalam bentuk fisik. Dan pekerjaan itu tidaklah mudah. Sedangkan gawai kindle tidak lebih dan tidak kurang adalah sama dengan tablet elektronik biasa.

Beruntunglah Amazon. Sebuah teknologi bernama e-ink alias elektronik ink akhirnya hadir. E-ink merupakan teknologi layar yang menyerupai kertas. E-ink jelas berbeda dibandingkan teknologi layar lainnya semisal LCD ataupun OLED. Jika LCD, yang umum digunakan pada komputer, ponsel pintar, maupun tablet, menggunakan backlit dan blue light, layar e-ink tidak menggunakan keduanya. 

Backlit (cahaya yang muncul dari balik layar) dan blue light (merupakan spektrum cahaya buatan yang bisa dilihat mata, penyebab warna-warni) merupakan dua elemen dari sebuah layar elektronik yang menjadi pelaku utama penyebab mengapa mata manusia cepat menjadi lelah pada saat membaca atau menonton di layar perangkat elektronik.

Kini semenjak rilis pertamanya Kindle sudah memasuki generasi kesepuluh dengan teknologi dan user interface yang lebih maju. Banyak kelebihan yang di dapatkan dari sebuah gawai baca ketimbang sebuah buku, walaupun masih banyak kelemahannya. Namun seiring waktu ia terus tumbuh dan berkembang. 

Misalnya jika orang harus menyimpan 100 buku di dalam lemari untuk berbagai informasi dan pengatahuan, sebuah gawai hanya memerlukan satu media di dalam genggaman, dan penyimapanan itu terus bertambah besar seiring kemajuan teknologi, jangan jangan kelak satu gawai dapat menyimpan satu perpustakaan sebesar perpustakaan Iskandariah.

Lagi pula berkat kemajuan teknologi di masa depan orang dapat dengan hanya menggelengkan kepala setelah selesai baca satu halaman untuk berpindah ke halaman lain, teknologi ini dapat mengantisipasi kesalahan atas ketidak sengajaan gelengan dengan gelengan memindah halaman. orang juga dapat dengan mudah kembali kehalaman sebelumnya dalam sekejap mata dengan teknologi UI dan UX yang kaya.

Kita dapat membeli gawai ini mulai dari harga RP.1,9 jutaan dan tentunya jauh lebih murah barang sekennya jika tersedia.

Saya mendahulukan Kindle kaerna ia yang paling banyak dipergunakan pada masa ini.

2. KOBO CLARA

Kobo Clara tidak jauh dari gawai baca amazon, memiliki tampilan fisik dan layar yang identik. Kobo Clara juga memiliki pengaturan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembaca, memiliki ketajaman hingga 300 ppi dan dengan harga yang hampir sama dengan harga Kindle.

Kobo Clara
gawai baca yang dapat menyimpan ratusan buku digital
Secara fisik Kobo clara memang tampak identik dengan amazon kindle sebagai GABA (baca: gawai baca). 

Spesfikasi:

Kelebihanya:
  • Performa tajam
  • Pengaturan temparature pencahayaan 
  • Battery tahan lama
  • Ketajaman layar hingga 300dpi
  • Desain ergonomic
Kekurangannya:
  • Perpustakaannya lebih sedikit jika dibanding Apple dan Amazon
  • Tidak anti air seperti Amazon
  • antarmuka overdrive tampak canggung
3. NOOK

GABA Nook secara fisik terlihat lebih mudah di genggam ukuran lebih kecil dan muat di saku celana. ia memiliki sudut oval pada setiap sudut bingkainya. Sebagai Gawai baca ia terlihat praktis. 

Nook gawai baca yang praktis
Nook GABA yang muat di genggaman

Harga baru nook adalah 1,9 jutaan pada tahun 2018 bisa saja sekarang jauh lebih murah daripada itu. Namun sama seperti KOBO ia memiliki kekurangan dalam jumlah perpustakaan yang tersedia, namun hal itu dapat di atasi dengan kemudahan menyalin dan mentransfer buku secara legal dengan membayar harga tertentu.

Specs:

Kelebihan:
  • Teknologi E Ink bagus
  • Wifi dan Browsing Web bagus

Kekurangan:
  • Walau kecil ternyata lebih berat dari kindle
  • Warna kurang variatif pada layar
4. Xiomi Mi-Reader

Siapa sangka Xiomi yang lebih terkenal sebagai produsen ponsel itu memiliki lini produksi GABA juga. Ia memiliki semua syarat sebagai gawai baca: Teknologi E Ink yang nyaris sempurna resolusi layar 300 dpi hingga bentuk fisik yang identik dengan gawai baca lainnya. Di jual seharga 1,7 jutaan dengan ruang simpan 16 GB.

Xiomi Mi-reader
xiomi mi-reader
Specs:

fitur:
  • Android 8.1 Oreo
  • LED backlight
  • 1GB RAM dan 16GB ROM
Kelebihan:
  • Sistem Android 
  • UX dan UI xiomi
  • Daya battery tahan lama
  • Desain cantik dan ringan

kekurangan:
  • Tidak anti air
MENGAPA GAWAI BACA MASA DEPAN TIDAK AKAN MEMBAHAYAKAN KESEHATAN MANUSIA?
5
Dulu orang membaca novel dan matanya minus, ibunya menyangka itu karena terlalu lama dan terlalu asik baca. Nah sekarang ibu ibu kuatir kalau anak anak terlalu lama di depan gawai mereka. Tapi lihat kenyataan: lebih empat milyar manusia telah menggunakan gadget ponsel! Dan menghabiskan separo waktu mempelotinya.

TEKNOLOGI E-INK
Sebuah teknologi bernama e-ink atau elektronik ink akhirnya di temukan. E-ink merupakan teknologi layar yang sangat menyerupai kertas. E-ink jelas berbeda dibandingkan teknologi layar lainnya semisal LCD ataupun OLED.

Jika LCD, yang umum digunakan pada komputer, ponsel pintar, maupun tablet, menggunakan backlit dan blue light, layar e-ink tidak menggunakan keduanya. Backlit (cahaya yang muncul dari balik layar) dan blue light (merupakan spektrum cahaya buatan yang bisa dilihat mata, penyebab warna-warni) merupakan dua elemen dari sebuah layar elektronik yang menjadi pelaku utama penyebab mengapa mata manusia bisa kelelahan pada saat membaca atau menonton di layar perangkat elektronik.

Karena gak pakai backlight dan blue light, e-ink, meskipun lebih menyehatkan mata dibandingkan teknologi layar lainnya, pada akhirnya hanya memiliki warna hitam dan putih semata. Selain itu, e-ink, sebagaimana kertas pada umumnya, hanya bisa dibaca di ruangan terang.

Layar e-ink tidak akan terlihat di ruangan gelap -- sangat berlainan dengan layar elektronik yang memanfaatkan LCD atau OLED. Demikian pada awalnya. Namun teknologi terus saja berkembang hingga memasuki tahun demi tahun, suatu ketika buku digital akan lebih menyehatkan mata dibanding dengan kertas konvensional, misalnya muncul ide gelombang retina yang mampu merangsang syaraf mata untuk lebih aktif secara alamiah pada saat terpaku pada tulisan e-Ink. Kami sangat menyukai istilah: Segalanya memang akan berubah, tidak akan ada yang abadi di dunia termasuk buku buku konvensional, bahkan buku amazon kindlepun akan demikian.

So puduaye, segala hal baru datang mulanya akan di sikapi dengan waspada dan was was. Lalu setelah menjadi kebutuhan dan akan digantikan lagi oleh hal baru. amazon kindle sendiri telah lahir beberapa generasi, generasi terbaru tahun 2019 adalah Kindle Kids Edition yang berisikan 1000 buku, tool building word dan parental control. Seribu buku itu banyak banget.

Wajar dong Amazon membuatnya karena Amazon pada awalnya memang jualan buku. Dan membeli amazon kindle juga berarti membeli ribuan buku sekaligus. Kalau di hitung harganya yang berkisar 3 jutaan rupiah itu sudah relatif murah.

Akankah era buku cetak berakhir? Masih lama, tetapi sama seperti menulis di atas batu dan kertas papirus, itu akan segera berlalu walaupun tidak tepat persis di depan hidung kita...

TEKNOLOGI MEMBACA SAMBIL MENDENGARKAN
Buku kertas konvensional tidak memiliki peluang ini. Gawai baca atau GABA memiliki lebih banyak potensi di masa depan, kita dapat mendengarkan isi bacaan jika mata telah lelah, atau membaca sambil mendengar musik. Ada sementara orang dapat dengan mudah memahami penyampaian suatu informasi melalui indera pendengaran telinga ketimbang indera penglihatan mata. Ini akan lebih membantu tunanetra.

TEKNOLOGI MEMBACA SAMBIL MENONTON PRESENTASI

Membaca melalui kerts konvensional juga tidak memiliki peluang ini, lagi lagi gawai baca akan memiliki peluang ini. Banyak orang membutuhkan informasi lebih detail, presentasi dalam bentuk video akan menjelaskannya sampai tuntas, Kita bisa membayangkan objek 3 dimensi yang rumit dan tidak mudah di jelaskan melalui sekedar tulisan, maka buku digital memiliki hal itu dan mampu menayangkannya.

OlehAnissa Aulisari, 
Editor: Sofyan Yaan

Ikuti terus trik, tips, teknik hack dan kabar terupdate dari blog ini! Share:

1 Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak