SIAPAKAH TRIBUN PELAHAP SEGALA KONTEN DAN NICHE?

Tribun vs Blogger - editblogtema
Tribun vs Blogger
Para blogger di Facebook terkesan memiliki pandangan negatif terhadap koran Tribun ada istilah di sekelompok kalangan blogger: "Biar ngeblog seribu tahun, selagi ada Tribun apalah gunanya". Mereka menganggap Tribun mengambil semua topik, mau blogging, mau traveling, konten video, tutorial, tips dan triks, kuliner, berita di segala lini semuanya telah ada di Tribun. Sampai sampai ada yang mempertanyakan: Jika ada Tribun, buat apa orang membaca blog?

Hari ini apapun niche sebuah blog, Tribun sudah memilikinya. Tribun adalah niche sapu-jagat. Dan berita lebih buruknya bagi para blogger adalah teknologi memungkinkan orang memilih semua niche tersebut dengan mudah melalui navbar Tribun yang sederhana. Tanpa kita sadari cara itu dapat membuat tribun berubah menjadi "rasa" blogger.

Namanya halaman web sulit bagi orang awam membedakannya. Lagi pula interaksi mereka memiliki pola yang sama saja: Mengunjungi halaman blog "hanya"  untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Jadi mereka tidak perduli apakah itu halaman Tribun atau halaman sebuah blog. Mereka memilih yang pertama mereka temukan. 

Sekilas Tentang asal usul Tribun

Bersumber dari Wikipedia: Tribun Network adalah kelompok surat kabar daerah yang dimiliki oleh Kompas Gramedia. Saat ini, kelompok ini telah menerbitkan 29 surat kabar daerah, yang tersebar di 24 kota dan kabupaten di Indonesia. Tidak heran jika kalian mendapatkan koran koran Tribun dengan  nama nama: Tribun Batam, Tribun Bandung, Tribun Palembang dst..dst.

Pada tahun 1987, Kompas Gramedia mengambil alih kepemilikan harian Sriwijaya Post di Palembang, Sumatra Selatan. Pada masa itu, ada imbauan dari Menteri Penerangan RI agar koran-koran besar membantu koran-koran daerah yang terhambat permasalahan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers).

Pada akhir 1987 didirikan unit usaha Kelompok Pers Daerah (Persda) dengan nama usaha PT Indopersda Prima Media yang tugas awalnya adalah membantu koran-koran daerah yang membutuhkan pertolongan. 

Pada tahun 1988, Kompas Gramedia mengambil alih Mingguan Mimbar Swadaya yang namanya diubah menjadi Serambi Indonesia di Banda Aceh, serta surat kabar mingguan Surya di Surabaya (yang didirikan oleh harian Pos Kota pada tahun 1986) yang kemudian diubah waktu terbitnya menjadi harian. 

Tahun 1992, Kompas Gramedia mengambil alih harian Pos Kupang, dan pada tahun 1994 mengambil alih harian Banjarmasin Post.

Pada perkembangan selanjutnya, Persda memperkuat bisnisnya dengan mendirikan sendiri koran daerah di hampir seluruh provinsi dengan merek Tribun. Diawali dengan Tribun Kaltim pada tahun 2003, lalu diikuti dengan Tribun Timur, Tribun Jabar, dan surat kabar bermerek Tribun lainnya.

Pada tanggal 22 Maret 2010, Persda berganti nama menjadi Tribun Network. Hal ini bertujuan sebagai "transformasi dari kesan daerah yang mencolok menjadi berwarna nasional".
 Demikin sekilas perihal asal usul Tribun, sang pelahap segala topik dan segala keywords sehingga terkesan tidak menyisakan apa apa lagi untuk para blogger.

Tribun adalah jaringan sindikat berita
Dengan memiliki induk sebesar Kompas Gramedia, sudah barang tentu Tribun memiliki postur dan dana atau keuangan yang kuat untuk berpromosi dan membayar jasa promosi dapat mereka lakukan melalui semua saluran induk sindikat berita atau jaringan milik mereka sendiri, atau memakai jasa media media besar lainnya seperti facebook, twitter, Google, dll.

Di facebook para blogger mengeluhkan sepak terjang Tribun yang mendominasi semua konten, tanpa kita sadari komplain tersebut justeru semakin mempromosikan nama Tribun dan membuatnya semakin terkenal. Ada hukum pasar: Jika kamu kecil dan diserang, kamu mati. Tetapi ketika kamu besar dan kuat lalu kamu di serang, maka kamu akan menjadi semakin kuat. Kita tentu tidak akan dapat berbuat apa apa untuk ini.

Tribun sedang berpromosi di Facebook dan sukses menuai reaksi.

Tribun sudah barang tentu sangat berbeda dengan blogger, mereka memiliki pekerja pekerja professional di bidang mereka. Memiliki wartawan wartawan dari Group Gramedia dan memiliki akses kepada para pemimpin, badan usaha hingga kepada tokoh tokoh Infotainment nasional dan Internasional. 

Apakah seorang blogger dapat dengan mudah menemui presiden untuk melakukan wawancara, wawancara apa? Dan apakah seorang blogger misalnya dengan mudah di izinkan memasuki sebuah pabrik teknologi ternama untuk melakukan survey? 

Kalau tribun jelas bisa karena mereka memiliki kapasitas untuk itu, kapasitas harus dibuktikan terlebih dahulu diantaranya dengan kekuatan brand, konsistensi dan ketersediaan beaya.

Blogger adalah hal yang berbeda dan Tribun bukanlah lawan.
Jika hampir semua konten yang berada di atas puncak mesin pencarian adalah konten konten atau artikel artikel milik Tribun, itu wajar, mereka mempromosikan nya. Jadi ada harga yang telah mereka bayar. Mereka adalah badan usaha dan pelaku bisnis. 

Beda dengan blogger, awalnya blog blog hanyalah bersifat personel, perorangan dan tidak di desain atau di tujukan untuk bisnis. Orang ngeblog dan sudah senang jika tulisannya di baca dan di tanggapi. Sedangkan Tribun adalah sebuah sindikat badan usaha.

Bacalah kilas balik sejarah blogger, apakah itu wordpress atau blogger semuanya sama: personal blog!

Namun benar, pada akhirnya Google memberikan peluang  bisnis di awali dengan "monetisi" para blogger bisa memasang iklan dan mendapatkan bayaran one pay one click. Lalu blogger semakin berkembang, pada masa itu telah banyak blogger yang mengaku sukses mendapatkan uang dari ngeblog. Artinya banyak hal yang masih bisa kita lakukan melalui blogging.

Hari ini para blogger telah membludak, dan ngeblog bukanlah hal yang "wah" di tambah lagi konten konten video di youtube mampu mengalihkan perhatian warga net untuk lebih memperhatikan mereka daripada mengunjungi blog. Para blogger seperti terjepit diantara media media besar dan mainstream.

Lagipula membandingkan dan apalagi menempatkan Tribun sebagai ancaman memang tidak pada tempatnya karena perbedaan platform, dan ini hanya terjadi di Indonesia sedangkan blogger itu ada seluruh dunia. Seperti seorang perorangan mau melawan sebuah badan usaha.

Bagaimana caranya ngeblog dan tetap exist?
Ya sudah barang tentu tetaplah ngeblog. Lalukan hal hal berikut:
  • Branding. Jika perlu fokus pada blog dengan niche tertentu.
  • Promosi jika perlu lakukan promosi berbayar dengan teratur. Ber-promo-lah dengan teknik, taktik yang disesuaikan dengan anggaran, dan sasaran.
  • Buatlah konten konten original, berkualitas dan mudah di fahami. Sajikan dengan cara yang ringan.
  • Fokus. Jangan terlalu berharap penghasilan di awal awal tahun blogging.
Saya tidak terkejut ketika mendapatkan beberapa konten yang saya tulis berada di wall istemewa Google dan mendapati kenyataan bahwa itu adalah konten dengan promo. Ketika saya periksa di dasbor tulisan itu telah dibaca sebanyak 4000x, dan ketika memeriksa tulisan yang lebih lama salah satunya telah di baca hingga 100.000x setelah 6 bulan. 

Bagaimana kita dapat menyangkal  kekuatan sebuah promosi?
Promosi terutama dapat dilakukan melalui Facebook ads, Google Adwords dll.

Dan efek lain adalah ranking Alexa blog melejit ke angka 600-500-an dari sebelumnya berjuta juta, padahal usia blog ini masih sangat muda. Perlu di catat Alexa adalah tool bisnis Amazon yang bahkan Google sekalipun menggunakannya. Begitu juga Tribun dan Kompas juga mempergunakannya sebagai parameter bisnis mereka.

Intinya kita tidak perlu bersaing dengan Tribun untuk tetap menjadi sukses. Perjuangan dan kerja keras tetap kita perlukan.

www.editblogtema.net

5 Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

  1. Wah Ini pembahasan Menarik,Aku juga kadang kabut.Disisi lain aku merasa Blog itu tidak berguna lagi.karena memang Susah dapat pengunjung Di akibatkan oleh seperti kasus di atas.

    Namun Disisi lain juga Blog itu punya kelebihan Jitu di bandingkan Situs terkenal sekalipun.

    Seperti Contoh Jika saya mencari sesuatu di Internet,memang situs Seperti tribun yang akan selalu muncul.Namun sekali kita masuk membacanya Maka Isi Artikel tersebut kebanyakan hanyalah Click bait.

    Artinya apa yg saya cari tidak saya temukan jawabanya.

    Namun di Blog jarang sekali Jawaban Click bait.Rata-rata artikel di blog yang saya baca berdasarkan pengalaman penulis artinya saya menemukan jawaban.

    Dan lebih-lebih lagi Blog memiliki Fondasi karena di tulis berdasarkan apa yg telah di alami penulisnya.

    Hanya Saja memang sebagian. tidak semua blog menerapkannya.Intinya siapa Yang mencobanya Berusaha Tetap juga dapat bagian Sesuai Apa yang telah di Kerjakan.


    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini baru pandangan yang bersemangat!

      Hapus
  2. Jujur sih bang,aku juga mengalami kasus di atas,Saya coba bidik kata-kata tertentu seperti Budaya,suku,tradisi,tetap juga Situs yang di atas parkir dengan santainya di halaman utama,namun saya coba baca referensi dari sana ,banyak Yang tidak sesuai fakta.

    Seperti Contoh Pembahasan tentang adat dari suku agama,ucapan,bahasa batak.banyak penerangan artikelnya tidak sesuai dengan apa yang saya alami sebagai orang batak secara Real di daerah kami.

    Mungkin saja karena Situs seperti di atas sudah memiliki Akar yang kuat di mesin Perayap seperti yg di tulis di atas,mulai dari iklan ,promosi dan lain sebagainya.Lain halnya seperti para blogger yang rata-rata hanya di kelola oleh Perorangan yg tidak memiliki ilmu jurnalis.Serta mengandalkan Modal Gratis Doang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak ada "yang berakar kuat" pada algoritma mesin pencari. Soalnya mereka "membayar" dan anggaran kampanye abadi mereka setiap bulannya bisa buat kita beli satu buah mobil mewah.

      Percobaan: saya buat satu artikel asli tapi di blog usia 6 tahun tapi tidak saya promo (tidak di-kampanye-kan) eh gak ada pengunjung, lalu saya kampanyekan melaui berbagi di medsos hanya dapat 0,1 % dari seluruh visitor organik yang saya miliki.

      Lalu...saya copy dan saya pastekan ke blog baru umur sehari, saya sediakan dana kampanye berbayar facebook dengan penargetan untuk 5 hari hasilnya? 15 ribu pengunjung! Parah, konten copy-paste! Kalau di monetisi saya masih bisa untung paling tidak 25%.

      Jadi begitulah "The power of the campaign" bekerja. Tribun tidak perlu terlalu pusing, mereka punya grup gramedia yang memiliki kekuatan besar untuk melakukan kampanye secara tidak langsung. Semuanya sudah tertarget, terstruktur dan memiliki public relation.

      Seandainya seluruh blogger bersatu, tidak akan memiliki struktur organisasi seperti itu karena berbeda dalam segala hal.

      Hapus
  3. setuju gw bang, males banget dengan tribun, kadang beritanya itu ngaco..

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak