MULIANYA JIWA KEMANUSIAAN DI BALIK KELAMNYA WABAH CORONA DI CINA

Awalnya secara rinci media milik pemerintah komunis mengumumkan perihal wabah Corona yang sedang menjadi bencana di Wuhan negara Cina. Dengan itikad baik seperti umumnya diakui oleh dunia, Cina dengan sukarela menutup akses masuk dan keluar orang orang bepergian dari dan ke negara mereka.
Tenaga medis dan pasien corona di Cina
Tenaga medis dan pasien corona di Cina
Tidak terhitung kerugian ekonomi mereka, aspek bisnis dan perdagangan yang membuat transkasi trilyunan rupian berubah menjadi abu dalam sekejap mata, pemerintah Cina tampak tidak gentar, mereka benar benar memperlihatkan sebuah kedewasaan pemerintah berkelas Adi Kuasa. Ini pengakuan para pengamat yang professional lho.

Bayangkan, mereka mampu membangun rumah sakit yang lengkap dengan segala pasilitasnya hanya dalam 10 hari. Terlepas dari pro dan kontra, tindakan Cina telah dianggap tepat bahkan oleh pemerintah Amerika yang nota bene sedang giat giatnya menggedor Cina dengan serangan perang dagang yang agressif.

Namun dalam beberapa hari terakhir ketika wabah corona dianggap telah mulai dapat di 'kendalikan' dengan semakin meningkatnya jumlah yang berhasil disembuhkan berbanding yang meninggal, Cina justeru mulai membatasi informasi dari dan ke dalam negaranya khusus mengenai corona ini. Tampaknya mereka sudah menemukan serum yang dapat mengatasi penyakit tersebut dan membatasi akses terhadap pusat pusat informasi mereka yang sensisitif dari pantauan dunia luar.

Seiring dengan semakin sedikitnya pasien yang meninggal setelah di rawat di rumah rumah sakit yang telah mereka bangun dengan begitu cepat bagai sekelip mata itu, pemberitaanpun kembali di batasi. Namun ada cerita menarik perihal kemanusiaan yang akhirnya bocor karena beberapa wartawan internasional berhasil mengabadikanya, hal yang membuat kita bertanya tanya, di negara dengan keyakinan terhadap agama yang begitu tidak penting mengapa selalu ada kisah budi luhur kemanusiaan yang begitu mempesona dan mengagumkan?

Yao bukan nama sebenarnya (untuk melindungi dirinya dari ancaman pelanggaran informasi yang diterapkan oleh pemerintah Cina dia hanya di berikan nama samaran kepada BBC) - adalah seorang pekerja medis. Sebelum kasus wabah corona melanda, dia berencana melakukan liburan perayaan Imlek bersama keluarga. Ketika itu dia bekerja di kota kedua terbesar di Hubei, Xiangyang.

KISAH KEMANUSIAAN
Walaupun ibu, isteri dan anak anaknya telah berangkat duluan dia membatalkan rencana keluarga dan memutuskan bekerja secara sukarela di Xiangyang demi 'berperang' melawan wabah corona yang sangat mematikan itu.

Seperti kebanyakan orang berfaham komunis, dia juga hanya percaya bahwa hidup ini hanya sekali setelah itu tiada lagi. Tapi apa katanya?

"Memang benar kita hanya hidup sekali, tapi ada suara di dalam diriku yang berkata: kamu harus pergi," katanya.

Tentu saja dia harus berjuang keras melawan keraguan di dalam dirinya, tetapi dengan tegas "Aku berkata kepada diriku sendiri" katanya. "Bersiaplah dan lindungi dirimu dengan baik, jika tidak kamu tidak akan bisa melindungi mereka dari bencana ini"

Tanpa pelindung tanpa masker, teman temannya di segala penjuru Cina membantunya dengan mengirimkan kebutuhan tersebut. Namun Yao merasa sangat terbantu karena ternyata pemerintah Cina telah menyediakan semua perlengkapan di rumah rumah sakit tersebut, jauh lebih baik daripada yang dia bayangkan sebelumnya. Namun walau demikian terkadang tidak semua staf medis tersebut dapat terlindungi dengan baik.

Dan Yao bukan satu satunya, ada ribuan tenaga medis yang ternyata telah bekerja dengan sukarela. Yao hanyalah salah seorang dari mereka mereka yang memiliki hati mulia.

"Ini adalah masa kesedihan, orang orang datang ke rumah sakit dengan wajah ketakutan dan putus asa. Kami tidak punya waktu untuk memikirkan diri kami sendiri, kami harus menyelamatkan jiwa mereka," katanya.

"Pakaian kami basah oleh keringat, tubuh kami, dahi kami, hidung kami dan kami tidak sempat makan dan minum, bahkan tidak sempat pergi ke toilet. Mereka membutuhkan kami, di belakang mereka ada keluarga yang mengharapkan mereka selamat, anak anak mereka yang masih kecil kecil" sambungnya lagi.

"Beberapa staf kelelahan dan tertidur di kursi, setelah bangun tanpa mandi mereka bekerja lagi, namun tidak ada seorangpun dari anggota staf medis yang tertular" katanya. 

Menurut Yao meskipun pemerintah dan rakyat Cina komunis, apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Cina belum tentu mampu di lakukan oleh Barat dan negara negara lain yang  selalu berteriak Hak Azasi manusia kepada dunia. Mereka seharusnya jujur, belum tentu ada negara yang mampu bereaksi cepat melebihi negara ini.

"Di Barat, orang orang berteriak soal kebebasan dan hak asasi manusia, tapi saat ini di China, kami bicara tentang hidup dan mati," kata Yao.

"Kami membicarakan soal apakah kami bisa melihat matahari terbit besok pagi. Jadi semua yang bisa dilakukan adalah bekerja sama dengan pemerintah dan mendukung petugas kesehatan."

Bagi kami pemerintah Cina tidaklah sempurna, namun samasekali tidak buruk.

Kisah ini adalah sebagian dari kisah kisah perjuangan kemanusiaan seperti yang dilansir oleh BBC. Seperti kita ketahui BBC adalah media barat yang sedang berusaha menembus ketatnya kontrol informasi di Cina.

Bukan hanya barat seluruh dunia juga panasaran apa sih yang dilakukan oleh pemerintah Cina dengan cara yang semakin begitu tertutup terhadap wabah Corona? Mengapa mereka menutup diri?

Sebagian tidak menjelaskan apa apa selain hal hal biasa saja. Sebagian ketidak tahuan membuat segelintir oknum memanfaatkannya untuk membuat berita berita hoax yang mendeskripsikan berita berita berisi kekejaman yang mengerikan. Namun yang jelas, Cina memang jauh lebih tertutup dan itu berjalan bagaikan tradisi yang biasa.

Namun fakta bahwa mereka berhasil menjadi negara yang kuat dan mayoritas rakyat mereka menerima sistem mereka dengan baik adalah hal yang cukup adil untuk dipertimbangkan.

2 Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

  1. apa pun keadaan yang berlaku jangan sampai hilang sifat kemanusiaan..

    BalasHapus
  2. Ikut trenyuh juga bacanya, rakyat China yang katanya kuminis tapi Yao rela membantu para korban virus Corona, padahal bisa tertular wabah mematikan tersebut.

    Ini beda dengan disini, jika ada yang mengaku kuminis pasti akan langsung di cerca, bahkan mungkin di perkusi atau mungkin kehilangan nyawa. Padahal Indonesia negara yang menganut agama.

    Lalu manakah yang lebih baik?
    Entahlah, tanyakan pada rumput yang bergoyang.😔

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak