Bukan hanya tugas mulia, menjadi guru itu seharusnya menyenangkan tapi...

nasib guru honorer di zaman industri 4.0

Berdiri di depan kelas yang kita hadapi adalah murid murid sekolah yang butuh pengatahuan dasar pelajaran itu sebenarnya menyenangkan. Mengapa menyenangkan ya karena kita dapat memberi manfaat kepada orang lain setidaknya untuk anak anak yang membutuhkannya.

"Assalamulaikum, selamat pagi anak anak!" sapa seorang guru dari depan kelas membelakangi papan tulis.

"Waalaikum salam, selamat pagi pak guru Selamat pagi Bu Guru!" sahut anak anak membalas.

Duh dunia sepeti itu menjadi kenangan banget, sungguh berwarna sekali. Setiap orang mengingat hal ini dengan mudah.

Tentu saja anak anak itu sekolah karena orang tuanya atau wali muridnya menginginkannya. Bayangkan anak anak senang melewati waktu di dalam kelas dan orang tua atau wali murid mereka juga bahagia mengingat anak anak mereka sedang bersekolah.

Mengapa saya membahas ini? Well karena mendiang ayah saya adalah seorang guru dan karena saya di masa remaja pernah ikut berdiri di depan kelas mengajar dan berhadapan dengan murid murid sekolah.


1. SISTEM PENDIDIKAN YANG BUSINESS MINDSET

Sedangkan bersekolah itu penting maka sebuah lembaga pendidikan juga sangat penting, gedung sekolah juga penting akan tetapi yang paling penting adalah seorang guru karena seorang guru adalah bagian penting dari sistem pendidikan dan tentu saja murid murid itu juga sangatlah penting karena sebuah sistem lembaga pendidikan tidak akan bisa berjalan tanpa guru dan murid.

Misalnya walau tanpa gedung megah anak anak pedesaan bisa belajar dimana saja, di rumah di surau atau bahkan di bangunan bangunan yang di hibahkan. Jadi ada Guru ada muridnya. Kalau zaman sekarang orang sering lupa ini, orang selalu melihat gedung sekolahnya dan lalu karena ada gedung sekolah yang terlihat megah, orang orang tua lalu beranggapan anak anak mereka bakalan memiliki masa depan yang cerah jika bersekolah disana. Biasanya zaman sekarang, orang orang berlomba lomba mengejar prestise dan nyaris menomor duakan prestasi.

Tidak selamanya gedung sekolah gedongan akan mencetak anak anak dengan masa depan cerah, kita juga tidak boleh lupa gedung mewah berarti beaya pendidikan tinggi, berarti sistem pendidikan yang dikelola itu lebih business mindset ketimbang education mindset. Pemilik lembaga pendidikan seperti itu umumnya makmur, namun belum tentu juga guru gurunya ikutan makmur.


2. PENTINGNYA PERANAN SEORANG GURU

Mari kita kembalikan pemikiran betapa seorang guru itu penting karena bukan hanya harus ada orangnya tapi butuh seorang guru yang memiliki ilmu dan wawasan yang akan di ajarkan. Kadang kita juga menyaksikan betapa seorang guru dengan setia mengabdikan dirinya untuk membuat anak anak didik mereka berhasil melewati pendidikan dasar mereka walaupun kehidupan seorang guru tersebut secara ekonomi sangat memprihatinkan. Kasus kehidupan guru honorer yang memprihatinkan ini masih sangat banyak ditemukan di negara kita.

Seorang guru kadang rela hidup melarat, melupakan kesenangan dunia dan melewati hidup hingga mereka tua menjadi tak berdaya dengan pasrah dan ikhlas, tidak jarang mereka menjadi orang yang terlupakan. Padahal tanpa mereka mana mungkin kita menjadi seperti sekarang. Kita dapat bahagia, kaya dan memiliki kekuasaan juga tidak terlepas dari peranan seorang guru.

Gedung sekolah sebagai sarana, Guru dan murid murid, mana yang lebih penting? Saya akan mengatakan Guru! Jadi urutannya begini: Guru, murid baru gedung sekolah! Tapi dunia modern telah menjadikan sistem pendidikan sebagai ladang bisnis dengan alasan demi mensejahterakan guru, benar. Tapi fakta lebih banyak bercerita tentang kehidupan mewah pemilik modal. Model sistem pendidikan menjadi kapitalis, yang kemudian mencetak murid murid kapitalis lagi. Sementara kehidupan sebagian guru guru yang tidak berpikiran kapitalis termarginkan.

Bayangkan, tidak semua guru beruntung menjadi pegawai negeri, memiliki penghasilan tambahan seperti berkebun dan berdagang. Selain butuh modal waktunya dari mana? Sehari hari mereka mengajar karena hal itu membuat mereka merasa nyaman dan bahagia namun disisi ekonomi mereka memiliki keluarga dan hidup dalam kemiskinan.


3. SISTEM PENDIDIKAN MASA DEPAN: TUGAS GURU DIAMBIL ALIH TEKNOLOGI

Sistem pendidikan masa depan bisa membuat guru model klasik zaman dulu 'lenyap' tanpa bekas kaerna sebagian pendidikan akan menggunakan dan mengadopsi teknologi. Hal ini memang mulai terjadi hampir di segala bidang. Dunia industri mengadopsi industri digital 4.0 yang mulai memperkerjakan robot.

Dunia pendidikan juga tidak terkecuali, cara mentransfer ilmu model klasik dimana guru harus berdiri di depan kelas dan bertatap muka langsung dengan murid dapat di kurangi dengan sistem online dengan dampak transfer ilmu yang lebih cepat dan akurat. Hal ini terjadi karena teknologi pendidikan juga bergerak semakin maju mengimbangi kebutuhan dunia industri modern.

Bahkan ada wacana jika secara teknis suatu hari akan sampai kemampuan dimana pengatahuan dapat di suntikan ke otak manusia, melalui injeksi atau gelombang transfer dan 'sim salabim' tiba tiba anak anak jadi pintar matimatika, fisika, agama, ekonomi, koding dll. Orang tua hanya perlu membayar paket paket ilmu pengatahuan yang di butuhkan dan disesuaikan dengan karakter anak anak mereka melalui laboratoriom penjajakan bakat bawaan.

Elon Musk tampaknya menawarkan ide menanamkan chip ke otak manusia, bayangkan jika chip yang dipasang ke otak adalah paket pengatahuan. Lalu ada kehidupan metaverse menggunakan teknologi auction reality dimana dunia pendidikan tentunya akan 100% dapat dilakukan secara virtual.

Saya tidak yakin itu akan segera terjadi. Tetapi di dunia dimana perubahan semakin cepat terjadi, saya tidak berani membantah betapa besar kemungkinannya. Ya banyak yang tidak akan percaya, tapi lihat apa yang telah terjadi, surat kabar dan majalah cetak telah bangkrut satu persatu berganti dengan cara membaca digital melalui hape.

Saya berikan contoh lain yang mencolok:

Pada tahun tahun dimana orang percaya bahwa kertas adalah cara satu satunya manusia membaca maka ditahun 1993 Ketika Peter James menerbitkan novelnya Host dalam bentuk dua buah floppy disk, di dalam novelnya ia mengatakan era kertas sebagai satu satunya cara orang membaca akan berakhir.

Ia sebenarnya sama sekali tidak menyangka hal itu akan menjadi 'serangan bumerang berbahaya' kepada era buku kertas yang terjadi sesudahnya.

Apa yang terjadi terhadapnya? Para pencinta buku cetak, para wartawan dan sesama penulis pada masa itu mengecam dan mencaci makinya dan seorang reporter bahkan menarik komputer dan sebuah generator ke pantai untuk menunjukkan betapa bodoh dan menggelikannya bentuk membaca 'buku' jenis baru itu. Komputer segede gajah buat membaca? kata mereka mentertawakannya.

Kini kita tahu Peter James benar dan orang lucu dan konyol itu adalah reporter yang tidak memiliki visi masa depan. Mereka lupa teknologi komputer berevolusi sangat cepat sampai berubah menjadi laptop, tablet dan ponsel yang setipis keratas.D

isini kita memaklumi keterbatasan manusia yang sangat sulit menjadi bijak.

Pada intinya, manusia tidak pernah kapok mengulang kesalahan bersejarah. Selalu takut dan skeptis pada perubahan. Dan selalu ada korban seperti Galileo, Kepler dan James Peter. Mengolok olok orang dengan visi masa depan yang kemudian apa yang mereka katakan terbukti benar di masa depan.

Yang saya ingin tekankan pada konten ini adalah selagi guru masih ada berdiri di depan kelas adalah kewajiban kita untuk menghormati mereka, dan memperjuangkan kesejahteraan mereka. Terutama mereka yang masih honorer, guru guru yang bukan pegawai negeri, guru guru sukarelawan.

Alasan saya sangat jelas, tanpa mereka sulit kemerataan pendidikan di daerah daerah terpencil bisa terealisasi. Saya tidak mengatakan guru guru pegawai negeri tidak memiliki dedikasi, akan tetapi sistem bagi tugas kepegawaian dan kecenderungan seorang guru pegawai negeri yang merasa statusnya lebih tinggi ketimbang guru guru honorer apalagi guru guru sukarelawan ala kadarnya, bisa menjadi bias dalam menjalankan profesi sebagai guru dan jangan tanya jika diukur dari tolok ukur 'ketulusan'.


Pemerintah seharusnya membunuhi rintangan rintangan birokrasi yang menghalangi bantuan kepada para guru honorer dan sukarelawan ini.

Ikuti terus trik, tips, teknik hack dan kabar terupdate dari blog ini! Share:

2 Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

  1. Kita sependapat dengan Pesan diakhir posting ini Bahwa

    "Pemerintah seharusnya membunuhi rintangan rintangan birokrasi yang menghalangi bantuan kepada para guru honorer dan sukarelawan ini.

    smoga harapan demikian bisa terwujud

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak