TIM ILMUWAN MENEMUKAN CARA MENUNDA PENUAAN DAN KEMATIAN PADA MANUSIA

Cara pandangan sains sangat berbeda dengan pandangan orang awam atau rohaniawan, terutama dalam hal kehidupan abadi. Orang awam dan rohaniawan biasanya setuju bahwa kehidupan abadi tidak mungkin terjadi karena manusia terlahir dan pasti akan mengalami kematian.


Namun, para ilmuwan bertanya-tanya tentang berbagai hal, termasuk tentang kematian yang selama ini dianggap sebagai hal yang tak bisa diubah. Mereka berpikir, bagaimana jika kematian bisa diatasi dengan pengetahuan? Meskipun ada batasan-batasan yang harus diakui, para ilmuwan terus mencari tahu dan berusaha mencapai hasilnya, meskipun butuh waktu bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad.

Sebuah tim ilmuwan dari University of California, San Diego (UCSD), telah menemukan cara untuk memperlambat proses penuaan hingga 82 persen. Ini membuka kemungkinan baru untuk mengatasi masalah kematian dan memberikan harapan bagi kita untuk hidup lebih lama. Ini sudah terbukti berhasil pada hewan hewan percobaan. Perlu diketahui, setelah hasil temuan riset bioligis ditemukan, para ilmuwan akan mencobakannya kepada hewan terlebih dahulu, mengamati dan mempelajari efeknya bertahun tahun, sebelum di cobakan kepada manusia.
 
Bayangkan jika benar benar telah siap di aplikasikan, setiap manusia akan selalu terlihat muda, dan usia bukanlah hal yang penting lagi untuk di risaukan, umur hanyalah sebatas hitungan.

Metode perintis, yang ditemukan bekerja dalam sel ragi, membutuhkan pengkabelan ulang secara genetik sebuah sirkuit untuk memungkinkan sel terus berosilasi di antara dua proses yang memburuk alih-alih menyerah pada keduanya.
Hasilnya adalah umur selular meningkat melalui penundaan komitmen untuk penuaan.
Dilansir dari Nextshark, profesor biologi molekuler Nan Hao, penulis senior studi tersebut, menggambarkan sirkuit yang bertanggung jawab atas penuaan sebagai "toggle switch" yang memicu perkembangan sel menuju kematian.

Tim telah berfokus pada pengembangan osilator semacam itu selama bertahun-tahun.

Konsep tersebut menjadi ide yang dapat dieksekusi pada tahun 2020 setelah mereka memetakan dua proses kerusakan pada sel ragi yang terjadi di nukleus, yang menampung DNA, dan mitokondria, yang berfungsi sebagai pembangkit tenaga sel.

Hao yakin proses tersebut pada akhirnya dapat direplikasi untuk diterapkan pada manusia.

“Saya tidak mengerti mengapa itu tidak bisa diterapkan pada organisme yang lebih kompleks,” katanya kepada Motherboard.

“Jika akan diperkenalkan ke manusia, maka itu akan menjadi bentuk terapi gen tertentu. Tentu saja masih jauh di depan dan perhatian utama ada pada etika dan keselamatan.”
Jika mempertahankan osilasi meningkatkan keseimbangan dalam sel (homeostasis seluler) dan umur panjang pada skala universal, intervensi farmakologis dan nutrisi berkala dengan waktu yang optimal juga dapat dikembangkan, kata Hao.

Dalam sebuah komentar, Howard Salis, seorang profesor teknik biologi dan kimia di Penn State University, mengatakan bahwa sel manusia mengandung sirkuit genetik yang serupa dan berkaitan dengan usia, membuat metode yang sama untuk mengubah kemungkinan.

“Ada banyak jalur seluler dalam sel ragi yang dilestarikan secara luas dan muncul di sel manusia juga,” kata Salis, seperti dilansir Newsweek.

“Sel manusia memang memiliki lebih banyak jalur dengan lebih banyak loop umpan balik yang saling terkait. Namun, yang terpenting, teknik yang sama/serupa dapat diterapkan untuk mempelajari dan memodifikasi jalur pada kedua organisme," 

ya, kita tahu, Sains adalah keajaiban dan tampaknya memang ditakdirkan untuk menjadi bekal manusia dalam menghadapi dan sekaligus mengatasi berbagai tantangan dalam hidup ini.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak