Pertama yang perlu Anda ketahui, kebanyakan orang membeli gadget pada awalnya karena animo belanja dan keinginan untuk memiliki pengalaman baru ketika memiliki sebuah gadget yang canggih. Dalam arti kata lain, ada kebanggaan ketika memiliki sesuatu yang lebih canggih dan baru. Hal ini juga tidak terlepas dari hobi atau kecintaan terhadap benda materi.
Tentu saja kita tidak dapat menampik bahwa ada tujuan bisnis di balik pembuatan gadget tersebut. Pabrikan, pemasaran, dan iklan yang mempromosikannya mempengaruhi animo masyarakat dalam membeli. Namun, pada akhirnya, keputusan pembelian tergantung pada konsumen. Seharusnya terdapat keseimbangan antara kampanye dan promosi dari pihak produsen dengan kebutuhan konsumen.
Sekarang kita berada di pihak konsumen. Kita seringkali bingung dengan banyaknya merek dan brand ternama yang mempromosikan keunggulan mereka, saling mengeksploitasi kelemahan pesaing, dan mempromosikan kelebihan produk yang mereka hasilkan. Persaingan ini memecah konsumen menjadi dua kubu, yaitu penggemar Apple (Apple fanboy) dan penggemar Android (Android fanboy). Masing-masing pihak saling mengklaim sebagai yang terbaik, baik dari pihak produsen maupun pengguna sebagai konsumen. Terkadang fanatisme mereka bahkan melebihi sebatas sebuah preferensi.
Mari kita berhenti membahas itu dan berpikir tentang apa yang kita butuhkan sebenarnya adalah sebuah gadget yang dapat memenuhi kebutuhan kita. Sebagai pengguna kedua jenis produk, saya contohnya sudah memiliki iPhone dan iPad Pro. Saya juga memiliki tablet Galaxy terbaru dan ponsel Android premium. Tentu saja terdapat perbedaan mencolok di antara keduanya, baik yang mengakibatkan kekurangan maupun menjadi kelebihan masing-masing. Hal ini seperti hukum alam, tidak ada yang tampak sempurna.
Sebagai contoh, tahun ini saya memiliki iPhone 13. Tahun depan, apakah saya harus menggantinya dengan iPhone 14, dan tahun berikutnya menjadi iPhone 15, 16, dan seterusnya? Seperti yang kalian tahu, setiap tahun akan muncul versi baru dengan mesin yang lebih kuat dibandingkan tahun sebelumnya. Setiap 4 tahun, aplikasi pun akan meningkat dan tidak akan dapat dijalankan kecuali jika kita mengganti perangkat iPhone dengan yang terbaru yang didukung oleh mesin yang lebih mutakhir.
Hal yang sama juga berlaku untuk iPad. iPad Pro tahun 2020 masih menggunakan mesin atau chipset yang sama dengan iPhone, yaitu A Bionic. Namun, mulai tahun 2021, iPad Pro sudah menggunakan mesin atau chipset yang berbeda, yaitu M1, yang juga digunakan pada MacBook atau jajaran laptop PC Apple. Artinya, mesin tersebut sangat kuat dalam menjalankan aplikasi sekelas PC.
Selain itu, terdapat pula ponsel Android dan tablet Android yang berjalan melalui platform dan lingkungan yang
berbeda. Jika kalian selalu membeli perangkat Android premium, maka kalian juga akan mengalami pengalaman yang mirip dengan menggunakan perangkat iPhone dan iPad Apple. Tahun demi tahun, terjadi peningkatan yang membuat perangkat lama terasa usang. Perbedaan yang paling mencolok antara perangkat Android dan perangkat buatan Apple adalah pada tablet premium yang seharusnya bisa menyaingi iPad Pro. Perangkat Android tersebut menggunakan mesin atau chipset yang sama dengan smartphone Android premium. Sedangkan iPad Pro memiliki perbedaan, karena sudah menggunakan mesin sekelas PC.
Sebagai pengguna, kita harus bertanya kepada diri sendiri, untuk apa kita membeli perangkat ini? Jika kita menggunakannya untuk hiburan, karena hobi, atau sekadar ingin memilikinya dan menikmatinya, maka saya berasumsi bahwa kalian memiliki dana di atas rata-rata. Maka, konten ini mungkin bukan untuk kalian. Namun, jika kalian memiliki dana terbatas seperti saya dan hanya ingin menggunakannya sebagai perangkat kreatifitas dan mencari penghasilan, kalian memiliki banyak cara untuk tetap update. Saya belum mengganti iPad Pro M1 saya dengan M2, karena keduanya sama-sama mampu menjalankan aplikasi seperti LumaFusion, DaVinci Resolve, dan menggambar menggunakan Procreate. Meskipun iPad Pro M2 lebih kuat dan lebih canggih.
Saya juga belum mengganti iPhone 12 saya, meskipun usianya sudah 3 tahun, dengan iPhone 14. Karena iPhone 12 masih mampu memenuhi kebutuhan saya. Semua aplikasi di iPhone 14 tetap dapat berjalan lancar di iPhone 12.
Pada perangkat Android, saya masih menggunakan tablet Galaxy Tab S7 Plus, meskipun sudah ada Tab S8 dan bahkan Tab S9 yang telah diumumkan dengan peningkatan di segala sisi. Saya juga masih setia menggunakan Samsung S21.
Sebenarnya, saya bisa saja melakukan program tukar tambah, tetapi saya tidak melakukannya. Saya masih merasa sangat nyaman menggunakan perangkat lama saya selama bertahun-tahun.
Beberapa perangkat seperti iPad Pro telah membantu saya mencari penghasilan melalui konten video yang saya unggah ke berbagai platform media, atau bahkan menghabiskan uang untuk membeli paket internet.
Kesimpulannya, jika kalian tidak memiliki masalah keuangan dalam membeli gadget yang relatif mahal, bahkan hanya untuk hobi, maka konten ini bukanlah untuk kalian. Tetapi jika kalian berbeda dengan itu, kalian harus mempertimbangkan pengeluaran, menghemat anggaran, dan menjadikan gadget kalian sebagai alat untuk berproduksi atau mencari penghasilan. Salah satu cara agar perangkat tetap terupdate adalah melalui program tukar tambah, atau menggunakan gadget yang sudah ada secara maksimal.
Kalian dapat berkarya menjadi konten kreator, membuat rencana bisnis pribadi, atau menjadi penulis kreatif melalui perangkat yang sudah ada.