Manusia memang sedang menaruh harapan kepada teknologi, dan teknologi di yakini akan mampu menguak rahasia penciptaan di masa depan. Terlihat dengan di mulainya usaha beberapa projek yang menarget tahun 2050 dan salah satunya adalah project singularity.
Keabadian adalah harapan manusia di samping ingin memiliki kesehatan, usia panjang, awet muda dan kesenangan. Oleh karena itu sebagian besar manusia memeluk agama dan keyakinan yang walaupun berbeda beda memiliki tujuan akhir yakni hidup abadi di dalam sorga.
Kita tidak akan pernah tahu apa cita cita spesies hewan dan tanaman, adakah secara nalurian mereka juga ingin hidup abadi? Ataukah mereka hanya mengikuti kepatuhan terhadap hukum alam tentang keharusan mati setelah hidup, sementara manusia dengan inteligensianya justeru ingin menaklukan hukum alam?
Manusia mempetakan genom, mempelajari genetik dan seluk beluk biologi kehidupan makhluk hidup hingga ke bagian yang paling detail, sejauh ini pemahaman itu telah membuka cakrawala kita dan rencana besar manusia bagi masa depan dan kelangsungan hidup spesiesnya.
BERKEMBANG BIAK DAN BERKETURUNAN.
Ya semua spesies makhluk hidup memiliki naluri yang tidak terhindarkan: Atau dengan kata lain diperalat oleh alam untuk berkembang biak. Secara umum dan kolektif itu adalah cara untuk mempertahankan spesies mereka agar lebih lama bertahan keberadaannya di atas bumi ini, dan dalam hal ini baik spesies hewan maupun tanaman memiliki tujuan yang serupa di dalam genetik mereka: Kecenderungan berkembang biak dan meneruskan keturunan.
Akan tetapi sejauh yang kita ketahui hanya manusia yang secara eksplisit per individu memiliki cita cita dan usaha untuk hidup abadi seorang diri, namun sayangnya hal tersebut belum pernah tercapai hingga saat ini. Banyak cerita yang terkubur dalam kegagalan waktu.
Namun sekelompok Ilmuwan menyatakan bahwa manusia akan dapat hidup abadi pada tahun 2050 nanti setelah semua sarana dan prasana teknologi mampu mencapainya. Mereka menyatakan ada 3 jenis kematian biologis yang dapat dihindari manusia pada masanya nanti. Sedangkan target pekerjaan untuk keabadian tersebut diantaranya adalah:
- Membuat sel tubuh manusia mampu meremajakan sel sel tua dan mengganti sel rusak otomatis di dalam tubuh biologisnya.
- Mendownload semua kenangan di dalam otak dan hidup dalam tubuh robot Android.
- Atau hidup secara online dalam singularity Baca:
A.I, SINGULARITY DAN UPAYA MANUSIA MENGGAPAI KEABADIAN
Akan tetapi siapa yang menyangka, bukan manusia, akan tetapi ada sejenis ubur ubur yang hidup nyaris abadi dan jika tidak ada hal yang merundung ke abadiannya, maka makhluk makhluk ini memang akan hidup abadi di dunia, di alam mereka sendiri di bawah lautan sana.
Kemampuan spesies ini dalam meremajakan sel tubuhnya terus menerus membuat mereka terhindar dari penderitaan menjadi tua dan selalu muda. Bagi mereka usia hanyalah hitungan angka yang tidak mempengaruhi kesehatan atau mendestruksi sel sel di tubuh biologis mereka.
Dan kini para ilmuwan sedang mempelajarinya, menurut informasi terkait dengan temuan serum yang juga di danai oleh orang terkaya dunia pemilik toko online Amazon, Serum tersebut telah di suntikan kepada tikus, dan terbukti tikus itu berhenti menua. Sebuah permulaan yang menggembirakan.
Namun sejauh ini spesies manusia hanya bisa bertahan hidup terus menerus berketurunan. Demikian juga spesies lainnya.
Dengan asumsi pada awal ditemukan teknologi keabadian tentu hanya segelintir orang yang mampu hidup abadi karena beayanya sangat tinggi, dan karena segelintir orang hanya ingin hidup abadi seorang diri dan menjadikan dirinya sebagai 'Dewa'.
Akan tetapi setelah teknologi itu menjadi murah maka akan lebih banyak lagi manusia yang memiliki kesempatan hidup abadi. Lalu apa yang terjadi setelah itu?
APA YANG TERJADI JIKA SEORANG MANUSIA BISA HIDUP ABADI?
1. Waktu terasa sangat cepat namun banyak terbuang dan membosankan.
Hasil penemuan menunjukan: Di mata seekor kura kura yang berusia panjang hingga ratusan tahun, waktu ternyata berjalan sangat cepat sehingga mereka tidak merasa hidup mereka itu sangat panjang dan lebih panjang dari hidupnya seekor nyamuk
Waktu berjalan sangat cepat bagi individu yang abadi. Di depan hidung Anda orang lain lahir dan mati dalam sekejap mata.
Bandingkan dengan dengan sejenis nyamuk yang hanya bisa bertahan hidup 10-36 hari. Namun bagi mereka hidup ini terasa panjang dan membosankan, sekalipun mereka bisa terbang secepat angin.
Demikian juga yang akan di alami oleh manusia jika hanya dia yang hidup abadi seorang diri. Waktu menjadi kutukan, mubazir dan tidak berguna.
Bayangkan Anda hidup seorang diri hingga ribuan tahun di hadapan ratusan generasi yang lahir dan mati silih berganti. Menyaksikan segala hal dan peristiwa pada spesis makhluk hidup lainnya berulang ulang dan sangat lama. Walaupun Anda bisa memutuskan untuk tidur dan tidak memperdulikannya dalam waktu yang lebih lama.
2. Kesenangan terasa sebentar sementara pendertiaan menjadi lebih lama.
Lalu kesenangan terasa hanya sebentar sementara penderitaan akan terasa lebih lama. Ini adalah prediksi matimatis Einstein yang di hitung melalui model konsep ruang waktu relative. Waktu akan terasa berlalu lebih cepat pada saat kita senang dan bergerak sangat lambat pada saat kita sedang bersedih, menderita dan tersiksa.
Siapa yang menghibur Anda di alam semesta ini? Jika hanya keabadian sebagai manusia tanpa ke 'Maha Kuasaan' yang kita miliki alam semesta adalah penjara yang menakutkan.
Konsekwensinya segalanya berubah menjadi abadi. Teman dan musuh menjadi abadi.
3. Ruang Waktu terasa benar benar mengerut.
Jika keabadian itu terjadi ruang waktu secara relatif akan terasa mengerut dan menghimpit Anda. Alam semesta akan menjadi penjara yang sangat menyedihkan bagi seorang makhluk hidup yang memiliki kesadaran dan inteligensia. Selama ini Anda telah hidup beribu ribu tahun di perut bumi dan memandang Alam Semesta. Anda tidak bisa keluar dari penjara bumi ini, Sebagai makhluk abadi Anda ingin pergi berkelana dari dunia satu ke dunia lain melintasi antar bintang hingga ke tepian alam semesta.
Mencari apa? Dan jika hal itu benar benar tidak mungkin terjadi, maka umur panjang yang membawa Anda hidup abadi adalah sebuah kutukan yang nyata.
Betapa tidak, Anda hanya mendongak ke langit dan berharap bebas dari bumi yang semakin menyedihkan dimana hidup sebagai manusia abadi memiliki tugas, rutinitas dan pekerjaan yang abadi pula. Anda kuatir jika suatu hari bumi ini meledak dan berubah menghancurkan ke abadian Anda. Akan tetapi jika Anda pergi berkelana ke luar angkasa sana, apakah tidak ada hal hal asing yang akan membunuh Anda?.
Jadi ruang waktu menyusut pada sudut pandang seorang yang hidup abadi. Membuat hidup menjadi penuh kekuatiran di samping kesepian yang semakin membesar dan membesar di dalam pikiran dan perasaan.
4. Paradigma kehidupan jadi terbalik: Menjadi lebih merindukan kematian.
Di saat hidup telah berjalan hingga puluhan ribuan tahun lalu apa? Anda telah lama merindukan kematian, pikiran Anda adalah. Lebih baik tiada daripada menjadi ada Anda memiliki penyesalan yang sangat besar, segala kesengangan telah berlalu. Karena sebenarnya mau abadi atau tidak kehidupan itu hanyalah kehidupan yang nilainya tidak selalu berada pada panjang atau pendeknya waktu yang kita lalui.
Ada yang merindukan kematian.
5. Memutuskan berhenti memiliki keturunan
Dan jika semua orang kelak hidup abadi, untuk apalagi manusia memiliki sistem sex dan berketurunan? Seperti kita ketahui hampir semua makhluk hidup melakukannya hingga saat ini yakni berkembang biak demi mempertahankan keberadaan spesies mereka masing masing di alam semesta atau di permukaan bumi pada khususnya.
Dan jika demikian buat apalagi ada perbedaan jenis kelamin? Lalu sebuah ide muncul, sebenarnya kita tidak benar benar berbeda, tidak benar benar memiliki jumlah, kita hanya satu dan sedang bermain dengan diri kita sendiri dalam permainan alam yang memanipulasi realitas kehidupan kita, kesadaran kita.
Penutup
Akan tetapi baiklah kita menerima asumsi ruang waktu yang tidak akan selalu memiliki Keabadian. Karena semua berubah dan karena yang abadi itu hanyalah perubahan itu sendiri.
Manusia dapat melewatinya setelah milestone keabadian di tancapkan tepat di jantung kehidupan kita. Setelah semua manusia memiliki kesempatan dan juga hak untuk hidup abadi. Ketika itu kesepian kita sebagai makhluk yang abadi akan hilang, berganti dengan kehidupan yang lebih tinggi dan lebih sempurna namun juga semakin kompleks.
Jelas bagi sains kematian adalah masalah teknis di dalam tubuh biologis, bukannya karena malaikat dan dewa dewa telah mencabut nyawa kita. Masalah yang seharusnya dapat di atasi seiring meningkat dan berkembangnya imu pengatahuan.
Karena bagi sains kesempurnaan hidup adalah hak setiap makhluk hidup, dan kematian itu sendiri telah merampas hak azasi manusia, jadi harus di atasi dan di singkirkan dari kamus kehidupan kita.
Beberapa waktu lalu terjadi perdebatan seru oleh berbagai kalangan dengan topik, akankah manusia bisa hidup abadi di dunia?
Kaum agamawan mengatakan mustahil, karena kehidupan abadi dalam keyakinan mereka hanyalah setelah kematian. Dan bagi kalangan lain yang skeptis mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi mengingat sebagai makhluk hidup dan sebagai spesies manusia kita memiliki keterbatasan.
Akan tetapi para cendikiawan dan ilmuwan mengajukanpertanyaan: Bagaimana jika hal tersebut hanyalah suatu problem yang sebenarnya dapat kita atasi? Bukankah waktu telah bercerita banyak mengungkap rahasia kehidupan ini sedikit demi sedikit secara sains?
Keabadian yang di dapatkan dari hasil kerja keras dan penemuan sains, akan mengakibatkan manusia tidak lagi mempercayai adanya Tuhan dalam konsep ketuhanan Agama Agama yang ada, mereka akan menemukan sekutu baru yakni ilmu pengatahuan dalam kehidupan mereka selanjutnya.
Sofyan Ya-an
Constributor, candu belajar