My life story of recent

my life story

Jadi ceritain sedikit nih flashback ke hidupan sejak dulu di masa sekolah. Aku anak paling tua dari 7 saudara. Seorang anak lelaki yang canggung dalam pergaulan. 

Bapakku seorang kepala sekolah di desa, ibuku adalah seorang ibu rumah tangga sama seperti kebanyakan ibu ibu di desa pada umumnya dan pekerjaannya adalah menjadi penjahit pakaian untuk membantu ekonomi keluarga. Setidaknya masih ia lakukan hingga kami semua menamatkan sekolah.

Walaupun bapakku adalah seorang pegawai negeri dan kepala sekolah, namun untuk menghidupi 7 anak bukanlah hal yang ringan. Jujur meskipun ada pepatah yang mengatakan banyak anak, banyak rejeki dan pada masa itu sering di ucapkan orang orang tua, namun gosip gosip dari ibu ibu juga sering terdengar miring:

"Anaknya banyak iyyy" 

Aku anak sulung. Anak laki laki. Aku mengerti betapa jumlah kami adik beradik berbanding lurus dengan pengeluaran rumah tangga. Lebih banyak tekanan ekonominya ketimbang masa lapang finansialnya.

Untuk itulah mengapa Ayahku juga mengelola kebun yang meskipun tidak seberapa luasnya, cukup signifikan membantu meringankan beban ekonomi rumah tangga. Sebagai anak tertua tentu saja aku merasakan bagaimana bekerja keras di kebun dan tentu saja di sawah juga.

Kisah berhenti sampai disini, kusembunyikan perjalanan hidupku selanjutnya dan kusembunyikan kisah cinta pertamaku juga, meskipun sangat indah. Pada akhirnya ketika tumbuh menjadi remaja Aku berusaha melupakan masa lalu. Aku selalu merasa gagal.

Yang ku ingat hanyalah sebuah desa di batasi oleh sungai sungai dengan jembatan kayu, pohon pohon jingah berpucuk merah dimana monyet monyet hitam berekor panjang berlompatan sambil memakannya, yang ku selalu teringat adalah bunga eceng gondok dan pohon pohon rumbia. Dan tentu saja dermaga dermaga kayu dimana perahu di tambatkan, tempat aku berangkat meninggalkan desa itu. 

Oh aku tidak lupa pohon pidada dengan akar yang timbul ketika air sungai surut di tepi pantai berlumpur, dan duri duri palsu terlihat runcing namun lembek sekali pada saat di injak kaki. Terlebih aku tidak lupa rasa buahnya yang asam sekali.

Semua itu telah berlalu dalam kabut kenangan. Well, aku tidak keberatan ketika menyadari dunia telah berubah, demikian juga diriku. Namun hidupku tetap saja awkard. Ketika usia bertambah aku tambah menyukai kesendirian. Ketika pertama kali aku menyadari perubahan ini, aku berkata pada seorang wanita yang benar benar mencintai aku:

"Aku tidak keberatan menjadi tua, bahkan tidak keberatan di tinggalkan" ketika itu Ia menangis. Dan ternyata aku telah meninggalkannya juga, sama seperti yang lain. Aku dengan cepat melupakan semua itu. 

Aku pernah di tinggalkan, jadi aku tidak pernah lagi benar benar mempercayai kelanggengan suatu hubungan.

Hari hari selanjutnya adalah hidup yang harus kulalui dengan hambar ketika telah memiliki anak dan hidup terpisah, sekali lagi aku merasa sangat gagal. Hidupku memang awkard dan ketika aku berusaha ingin memperbaikinya musim pandemi sekali lagi merubah hidupku menjadi semakin kehilangan kepercayaan terhadap segala hal apalagi salah seorang dari puteriku tidak di anugerahi kesehatan yang baik. 

Aku mencintai mereka. namun sekali lagi aku merasa gagal bukan hanya sebagai seorang lelaki, tetapi sebagai seorang ayah.
 
Dan kini aku bekerja separo hati dan berada di persimpangan jalan hidup. Namun ini bukan tentang pekerjaan. Ini tentang pendirian, keyakinan dan tujuan hidup itu sendiri. Aku bukan orang yang mudah meyakini sesuatu di luar logika. Untuk melupakan segala kesakitan aku bekerja keras, apa saja yang bisa aku lakukan walaupun uang bukanlah tujuan utamaku.

Kini adalah masa masa dimana aku bekerja di rumah. Lebih banyak waktu merenungkan arti kehidupan. Usia? Apalah artinya usia, itu hanyalah hitungan. Jika engkau kelak tiada berati hitungan telah berakhir. Kini masanya menata kembali lembar demi lembar sisa hidup kami. Aku seperti mendengar kata kataku sendiri di setiap sudut pikiranku: "Kamu gagal karena tertipu oleh pikiran dan angan angan yang tidak menentu, yang menyesatkanmu untuk tidak menjadi apa apa". 

Jangan coba coba siapapun membenarkan ini, aku tidak akan mempercayainya, hanya mempercayai diriku sendiri, bahkan kadang terasa seperti menghianati moral dalam hidupku.

Aku tahu kadang hidupku 'complicated'. Dan itu belumlah berubah hingga kini.

Ini hanyalah bagian dari sudut cerita dari halaman blog ini, siapapun yang ingin menulisnya akan kami baca. Cerita yang dalam, cerita yang sejati, cerita yang berharga untuk dijadikan cerminan.

Bak kata pepatah sekelam apapun, segelap apapun, dan sejahat apapun kehidupan yang kita lalui, pasti ada hal berharga yang bisa dipetik untuk jadi pelajaran.

Ikuti terus trik, tips, teknik hack dan kabar terupdate dari blog ini! Share:

3 Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

  1. Semangat, Mas.. Maaf bukan mau menggurui, tapi ada baiknya jadikan istri sebagai teman untuk bercerita, jangan menyimpan kesusahan sendiri. Yang saya amati, kebanyakan laki2 merasa lelah gak mau berbagi cerita ke istri, saya juga mengalami di awal tahun. Suami gak mau cerita tentang beban di hatinya, krna berpikir takut saya ikut sedih. Padahal suami istri dipertemukan untuk saling mengisi, memberi semangat, melengkapi kekurangan masing2 ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap semangat dong. Hanya saja hidup terkadang sangat rumit....he he he...

      Hapus
  2. semoga yang baik2 untuk mas... kadang kita perlu berkongsi masalah untuk memberi ketenangan kepada diri sendiri...

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak