Prasangka di dalam kehidupan kita


Prasangka sering kita temui dalam kehidupan. akan tetapi tentu saja ada alasannya dan hal itulah yang harus kita fahami akan tetapi pertama kita harus bisa membedakan mana yang prasangka dan mana yang paranoid.

Prasangka adalah hal lumrah di dalam kepribadian manusia baik individu maupun umum namun ketika prasangka menjadi berlebihan hingga mengganggu kepribadian maka ia bisa mengarah kepada penyakit yang bernama PARANOID.

Mari kita bahas perihal prasangka ini saja.

Prasangka berarti membuat keputusan, dan keputusan itu bisa saja berupa ikut menyebarkan berita, atau informasi yang salah sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. 

Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar untuk menilai suatu hal. Misalnya dengan sengaja di isukan bahwa jaringan 5G adalah alat untuk menyebarkan covid19 padahal secara teknis tidaklah mungkin menyebarkan virus melalui jaringan kalau mengkampanyekannya ya mungkin saja tapi siapa yang mau cari mati mengkampanyekan virus agar menyebar di dunia?

Pihak pertama yang menyebarkan isu misalnya memiliki kepentingan bisnis karena perubahan dari jaringan 4G yang secepat itu bisa merugikan bisnis mereka dan mereka dengan sengaja mengkampanyekan isu ini, atau oleh satu negara yang merasa terancam dengan kecepatan informasi terkait dengan kepentingan keamanan dan lalu menyebarkan isu ini untuk menghambat terlalu cepatnya teknologi baru di terapkan sebelum mereka siap.

prasangka menghukum orang tanpa keadilan

Sekarang sebagian masyarakat menyerapnya dan mengaitkannya ke hal lain seperti di harapkan oleh pembuat isu pertama yang tidak diketahui. Masyarakat mengaitkannya dengan keyakinan dan mencocok cocokannya dengan ayat ayat suci menurut keyakinan mereka masing masing. Padahal itu sangatlah prespektif. Awan yang kita pandang di langit bisa saja berbentuk seekor kucing oleh kita sementara orang lain yang berada di tempat lain mungkin melihatnya seperti seekor burung.

Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak memiliki alasan rasional.

Ada tiga klasifikasi tentang prasangka:
  1. Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
  2. Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
  3. Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak.
Banyak orang mengaitkan seseorang yang yang memiliki banyak prasangka sebagai hal negative dan tanpa disadari mereka kemungkinan besar memiliki sifat negetive di dalam diri mereka.

Misalnya jika sekelompok orang memiliki perbedaan ras, suku, budaya dan keyakinan dengan kelompok lain, maka kelompok yang satu akan berperasangka buruk terhadap kelompok yang lain hal lain dan menganggap mereka BERBAHAYA. Adalah hal biasa di dalam kehidupan kita jika kemudian masing masing kelompok menganggap diri mereka adalah pihak yang paling benar dan masing masing meyakini pihak lain salah dan sesat.

Dan prasangka ini tidak dipengaruhi oleh jumlah penganut, kelompok kecil bisa menganggap seluruh manusia di dalam kelompok besar tersesat dan sebaliknya kelompok besar merasa kelompok kecil adalah kelompok yang menyimpang dan harus di 'tumpas'.

Tentu saja ini mengandung bahaya laten perpecahan serius. Akan tetapi itu adalah realitas biasa di dalam kehidupan. Mengutip wikipedia ada 6 ciri ciri prasangka sosial:

1. Kompetisi sosial.

Kompetisi sosial merupakan suatu cara yang digunakan oleh anggota kelompok untuk meningkatkan harga dirinya dengan membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain dan menganggap kelompok sendiri lebih baik daripada kelompok lain.

2. Penilaian ekstrem terhadap kelompok lain

Individu melakukan penilaian terhadap anggota kelompok lain baik penilaian positif ataupun negatif secara berlebihan. Biasanya penilaian yang diberikan berupa penilaian negatif.

3. pengaruh selektif dan penilaian masa lalu

Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu biasanya dikaitkan dengan stereotipe. Stereotipe adalah keyakinan (belief ) yang menghubungkan sekelompok individu dengan ciri-ciri sifat tertentu atau anggapan tentang ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota kelompok luar. Jadi, stereotipe adalah prakonsepsi ide mengenai kelompok, suatu image yang pada umumnya sangat sederhana, kaku, dan klise serta tidak akurat yang biasanya timbul karena proses generalisasi. Sehingga apabila ada seorang individu memiliki stereotype yang relevan dengan individu yang mempersepsikannya, maka akan langsung dipersepsikan secara negatif.

4. Perasaan frustasi

Menurut Brigham (1991), perasaan frustasi (scope goating) adalah rasa frustasi seseorang sehingga membutuhkan pelampiasan sebagai objek atas ketidakmampuannya menghadapi kegagalan. Kekecewaan akibat persaingan antar masing-masing individu dan kelompok menjadikan seseorang mencari pengganti untuk mengekspresikan frustasinya kepada objek lain. Objek lain tersebut biasanya memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan dirinya sehingga membuat individu mudah berprasangka

5. Agresi antar kelompok

Agresi biasanya timbul akibat cara berpikir yang rasialis, sehingga menyebabkan seseorang cenderung berperilaku agresif.

6. Dogmatisme

Dogmatisme adalah sekumpulan kepercayaan yang dianut seseorang berkaitan dengan masalah tertentu, salah satunya adalah mengenai kelompok lain. Bentuk dogmatisme dapat berupa etnosentrisme dan favoritisme. 

Etnosentrisme adalah paham atau kepercayaan yang menempatkan kelompok sendiri sebagai pusat segala-galanya. Sedangkan, favoritisme adalah pandangan atau kepercayaan individu yang menempatkan kelompok sendiri sebagai yang terbaik, paling benar, dan paling bermoral.

Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa orang suka berprasangka, diantaranya faktor lingkungan, kecerdasan dan pendidikan dll yang tidak dapat saya uraikan dalam tulisan singkat ini.

Dan pada kehidupan sehari hari kita menemukan banyak contoh prasangka tidak berdasarkan nalar dan logika, seperti misalnya ketika hal baru datang timbul prasangka bahwa hal tersebut berbahaya dan akan merusak tatatanan masa depan generasi muda. Sebut saja teknologi handphone, begitu banyak awalnya yang mengalamatkan kecurigaan sampai mengaitkannya dengan tanda tanda kiamat namun sekarang banyak sekali tokoh tokoh agama memiliki dan menggunakannya. 

Atau jaringan 5G yang di hubungkan dengan penyebaran covid 19 dan meskipun kominfo telah membantah dengan menegaskan bahwa isu tersebut adalah HOAX, orang tidak mudah percaya apalagi jika telah dipengaruhi oleh keyakinan.

Ikuti terus trik, tips, teknik hack dan kabar terupdate dari blog ini! Share:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak