Dunia metaverse, kiamat atau lanjutan evolusi dunia?

Pernah kalian mencoba hal hal berikut: Blogging, vlogging dan menjadi Youtuber? Apakah kalian hanya merasa sebagai pacundang? Atau merasa bahagia? Aduh jangan di dramatisir ya mari kita sederhanakan statemen: Blogging sekian tahun, vlogging dan Youtuber juga tapi apa hasilnya? Kalian jawab sendiri yang sukses mungkin jika mereka menonton video ini mereka tertawa. 

Akan tetapi kita segera menyadari semua pekerjaan di atas ada batasnya: menjadi tua dan menjadi jadul akibat perubahan yang datangnya silih berganti.

dunia metaverse

Maaf saya tidak bisa bantu, tapi Kalian sendirilah bisa membantu diri kalian sendiri. Karena dengan menemukan passion kalian sendiri tentunya kalian akan lebih bahagia bukan? Tapi hidup ini faktanya tidak sesederhana itu. Hidup tidak melulu tentang apa yang kita inginkan. 

Contoh jika kita menyukai sesuatu lalu kita memberikannya kepada orang lain, sementara orang itu tidak suka dan menolaknya, apakah kalian akan kecewa? Tidak jika itu hanya memberi, akan tetapi ketika kita menjual sesuatu kepada orang lain dan orang lain tidak mau membelinya karena mereka tidak suka maka ceritanya menjadi lain.

Ketika kita memberi, itu personal banget, interaksinya beda ketika kita menjual, itu adalah bisnis dan itu bisa menjadi keseluruhan hidup kita.

Ketika saya mulai vlogging saya tentu ingin orang menonton video saya, tapi ketika mereka tidak mau menontonnya ya tidak apa apa. Nothing to loose.

Akan tetapi ketika saya mendapatkan surat adsense, yang bisa mendatangkan penghasilan dan lalu membuat konten video, namun video saya sepi bak kuburan, saya tentu kecewa. Karena bagaimana saya akan mendapatkan penghasilan jika video saya tidak di tonton dan di klik orang? Orang tidak menyukai video saya bukan salah mereka.

Ketika video tidak di rekomendasikan oleh mesin telusur, tidak di kenali algoritma, maka saya belajar banyak hal, dan ketika saya memahaminya video saya tetap sepi, saya baru ingat kesalahan saya: Persaingan sudah terlalu ketatnya, saingan kita adalah para artis dan para professional yang terjun ke Youtube. Saya teringat pertama iseng upload video ke Youtube sepuluh tahun yang lalu dengan mudahnya video video saya itu mendapatkan ribuan penonton. 

Jadi apa pelajaran yang dapat kita petik? Mulai segala sesuatu sebelum orang lain, gali potensi segala sesuatu, lawan rasa malas dan ego hanya karena kita merasa sedikit 'tidak berminat'.

Misalnya jika Kalian mau jadi Youtuber jangan tunda sampai orang lain duluan melakukannya. Karena semakin lama kalian menunda semakin ketat persaingannya, celah dan kavling kesuksesan buat kita semakin langka dan mahal.

Bersiap siap: Pola pikir lama vs pola pikir baru Dunia metaverse.

Kita bisa membuka kebun di lahan lahan yang tersedia dan menanam tanaman apa saja karena mereka pasti tumbuh. Tapi itu bukan persoalannya, persoalannya apakah kalian akan menjual hasil tanaman itu atau hanya membagi bagikan hasil jerih payah kepada dan berbagi dengan orang lain? Saya tidak akan mencampuri pilihan kalian.

Akan tetapi ada banyak hal telah terjadi di dunia modern kita yang sebagiannya semakin mudah di prediksi: Pekerjaan apa yang bisa kita lakukan dan bagaimana cara orang bekerja 3 atau 4 tahun lagi.

Ada namanaya dunia metaverse, jika kalian mengira itu hanyalah khayalan, berarti kalian benar benar belum memahami realitas kehidupan dunia metaverse yang telah ada di depan mata.

Banyak kalangan kuatir dan menganggapnya sebagai bencana, bagaimana tidak, ada banyak sistem nilai atau tata nilai kehidupan kita yang berubah. Meskipun sebenarnya tanpa kita sadari hal tersebut sedang berlangsung secara alami. Anak anak mulai lebih suka berbicara jarak jauh, bermain jarak jauh, mereka berinteraksi dalam game 3D melaui hape di tangan mereka. Walaupun itu masih belum dunia metaverse tapi ia adalah cikal bakal dan pertanda bahwa dunia sedang memasuki gerbang dunia metaverse. 

Apakah itu akan terelakan? Tidak mungkin jika sesuatu tidak terjadi sebelum itu datang dan apa sesungguhnya yang di khawatirkan oleh banyak kalangan tertentu. Saya lebih suka merujuk pada pandangan orang yang menganut nilai nilai tertentu. Atau menolak perubahan itu karena takut nilai nilai berubah tidak seperti yang kita bayangkan.

Bagaimana mungkin orang orang lama membayangkan silaturahmi lebih menarik di dunia metaverse ketika kita bertemu di dunia 4 dimensi dan terasa sangat nyata? Saya pernah mencoba main game second life disana kita menggunakan avatar yang mewakili diri kita lalu berinteraksi tanpa di batasi oleh ruang waktu. 

Saya dapat pergi ke negara manapun mengunjungi segala sesuatu yang tercipta persis seperti dunia nyata atau bahkan lebih dramatis lagi tapi interaksinya begitu terasa, begitu jelas. Emosinya, kehidupannya, perjuangannya. Ada perjuangan yang harus kita capai seperti dunia pertama kita yang kita sebut dunia nyata yang mana perjuangan itu berarti meraih status sosial, kekayaan dan kekuasaan. Itu akan terjadi di dunia metaversi.

Sosial, ekonomi, politik, dan segala hal di dunia meta

Lalu bayangkan seperti kata Bill Gates, orang masih belum menyadari 3 atau tahun lagi dunia akan memasuki masa metaverse. Orang orang perusahaan akan berkumpul di ruangan meeting metaverse dan tidak lagi sekedar video conference menghadap layar PC atau layar tapi benar benar masuk ke dunia metaverse, berinteraksi, bertransaksi, dan mengambil keputusan. Biasanya segala hal baru akan di cibir oleh orang orang yang sinis, mereka akan berfikir bahwa dunia nyata sudah berakhir. 

Ada nilai perekonomian di dunia metaverse, ada transaksi yang sangat lembut dan lunak namun berdampak seperti nuklir pada kehidupan nyata. Lalu pertanyaannya jika terlalu banyak orang tersedot ke dunia metaverse siapa yang akan mengurus dunia nyata yang keras dan menyakitkan seperti sekarang?

Jawabannya teknologi, dunia akan membangun piranti keras dengan robot dan A.i. sementara tuan tuannya sibuk berada dalam dunia impian metaverse. Robot robot dan mesin robotik mengurus dunia nyata karena itu manusia mengembangkan kecerdasan A.i. disini ada yang mengkhawatirkan: Jika kita terpeleset dan lengah Robot robot menjadi independen dan mereka mulai membentuk dinasti di dunia nyata menguasai segala hal lalu akankah manusia terpenjara di dunia metaverse? 

Tentu saja tidak sesederhana itu, dunia metaverse adalah ide yang unik dan pemain pemain besarnya adalah perusahaan perusahaan teknologi berbasis media sosial seperti facebook dan google atau berbasis teknologi piranti lunak seperti Microsoft dan pembuat piranti keras seperti Tesla, Arm, Apple dll. Adalah bukan sebuah kebetulan jika ide membangun dan mengembangkan dunia meta di gaungkan oleh Facebook karena ia menyangkut kehidupan sosial di kedua. Sebuah pergaulan, kegiatan dan bisnis sosial berbasis online paling besar di muka bumi. Sebuah ambisi dan jika berhasil benar benar akan tampak sebuah lompatan sosial terbesar sepanjang zaman.

Dan Mark Zukerberg akan menjadi 'Tuhan' yang paling besar andilnya dalam menciptakan dunia metaverse.

Ingin sukses di masa depan?

Pandemi seolah membuka dunia meta, lalu apa dampak perubahan itu terhadap kehidupan kita?

Pelajari metaverse sekarang sebelum keduluan orang lain. Karena begini, mungkin kalian tidak terpikirkan kalau di masa depan itu orang membuat konten youtube tidak seperti saya sekarang yang harus menyiapkan kamera, menyiapkan mikrofon kondenser dan mengatur pencahayaan agar tampilan saya jelas dan menarik. Dan bahkan membuat ruangan studio.

metaverse merubah segala hal

Di masa depan kalian hanya perlu menunjukan wajah dan identitas kalian, lalu buat dan tulis konten narasi setlah itu biarkan aplikasi meta bekerja. Nanti kalian akan tampil di publik dalam ujud kalian di sebuah studio 4 Dimensi atau bahkan 5 dimensi dengan sangat real. Kalian bisa memilih dekorasi, mengatur suara, pencahayaan sambil tidur tiduran lalu biarkan teknologi meta bekerja mewujudkannya.

Tunggu, kreasi kalian tetap harus melalui pemilik platform Youtube, tetap harus mengikuti persyaratan yang ketat untuk dapat menjadi viral di tengah tengah masyarakat publik pemirsa di dunia nyata atau di dunia metaverse. Jadi satu hal yang tidak dapat kita nafikan: Pemilik modal tetaplah akan menjadi pemilik modal.

Saya jadi membayangka betapa banyak kelompok kelompok keagamaan jadi terpinggirkan di dunia nyata menjadi komunitas dan persaudaraan yang kental karena tidak dapat menerima perubahan dunia atau karena tidak mau menerima dunia meta. Akan tetapi tentunya bermilyar milyar manusia akan menerimanya. Itu jika kita berkaca pada jumlah pengguna platform medsos yang penggunanya adalah terdiri dari berbagai kalangan termasuk kalangan relijius. Saya rasa akan banyak sekali kalangan kalangan ini yang kelak akan terlibat di dunia meta dengan alasan berdakwah, berbisnis, atau sekedar berinteraksi.

Harus di akui dunia memang selalu berubah, tapi tak ada yang dapat merubah segala hal seluas dan se dahsyat metaverse.

Jadi bagaimana caranya sukses di masa depan? Mungkin dengan mempelajari dunia metaverse dari sekarang sebelum di dahului oleh orang lain. Karena orang pertama selalu lebih beruntung dalam beberapa hal jika di banding orang yang datang belakangan. Orang pertama akan mendapatkan porsi dan lahan yang lebih luas, kesempatan yang lebih besar dan kelak ketika sebuah dunia menjadi ramai ia bisa mendapat posisi sebagai senior, guru, expert dst...

Ikuti terus trik, tips, teknik hack dan kabar terupdate dari blog ini! Share:

4 Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

  1. Saya sudah setahun lebih ngeblog, belum dapat apa2. Malah biaya pulsa yang bulan ke bulan membengkak. Barangkali masalahnya karena datang belakangan ha ha. .. Selamat malam Pak Sofyan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dunia berubah dan tidak akan pernah sama lagi..

      Hapus
  2. menarik nih, karena bagaimanapun dunia akan terus sama tapi perkembangan teknologilah yang membuatnya berbeda

    BalasHapus
  3. dunia sama tapi bentuknya sudah jauh beda

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak