PARADOX KEMAHAKUASAAN TUHAN


Jika sebelumnya kita telah membahas tentang paradox waktu, dimana kita mengunjungi masa lalu yang jauh sebelum kita dilahirkan atau mengarahkan pesawat mesin waktu kita ke masa depan yang jauh setelah kita tiada. Silahkan tonton video sebelumnya. Kali ini kita akan membahas tentang sebuah paradox kemaha kuasaan. Tonton sampai selesai biar dapat memahaminya dengan lengkap.

Sesuai dengan apa yang diyakini oleh orang orang beriman, Tuhan memiliki kekuasaan yang tak terbatas, sebagaimana diyakini dalam kitab-kitab Tauhid atau Teologi. Sebagian kita tentunya mempelajari konsep ini saat masih bersekolah. Kita pasti sudah di ajarkan tentang pemahaman ini, bahwa tuhan itu maha kuasa.

Namun, terkadang dalam kehidupan kita, ketika kita memikirkannya muncullah paradoks. Salah satunya adalah pertanyaan apakah Tuhan benar-benar Maha Kuasa. Jika jawabannya adalah ya, perhatikan pertanyaan berikut:

"Dapatkah Tuhan menciptakan batu yang begitu berat sehingga Dia sendiri tidak mampu mengangkatnya?"

Jika jawabannya ya, maka Tuhan seolah tidak Maha Kuasa, karena ada batu yang Dia ciptakan tapi tidak bisa Dia angkat. Dia tidak bisa mengangkatnya, artinya dia tidak maha kuasa. Nah paradox banget bukan?

Namun, jika jawabannya tidak, bahwa Tuhan tidak bisa menciptakan sebuah batu yang begitu berat yang mana dia sendiri tidak bisa mengangkatnya, maka ke-Maha-Kuasaan Tuhan gugur, alias menjadi dipertanyakan, karena Dia tidak bisa menciptakan sesuatu yang Dia sendiri tidak bisa mengangkatnya, artinya dia memiliki keterbatasan juga.

Paradoks ini ditemukan oleh seorang ulama dan pemikir besar Islam, Ibnu Rusyd (Averroes), yang hidup di Cordova.

Paradoks adalah situasi atau pemikiran dengan banyak jawaban dan asumsi yang berbeda. Tidak ada jawaban yang memuaskan semua orang. Paradoks bukanlah penciptaan, melainkan muncul karena perbedaan pandangan dan keinginan seseorang untuk mencari jawaban atas kebenaran.

Beberapa orang ateis menggunakan paradoks ini dalam perdebatan dengan yang beriman. Ibnu Rusyd memberikan jawaban yang mungkin tidak memuaskan semua orang, terutama mereka yang agnostik.

Jika sudah bicara dan membahasTuhan kita tidak lagi punya pilihan selain mempercayainya sebagai sesuatu oknum yang berada melebihi pemahaman dan nalar manusia. Kita hanya bisa mempercayainya.

Ibnu Rusyd (Averroes) adalah seorang cendekiawan, pemikir, dan ahli filsafat Islam yang hidup di Spanyol pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi), sebanding dengan Ibnu Sina atau Avicenna.

Baginya, kekuasaan Tuhan tidak diragukan karena Tuhan berada di luar pemahaman kita. Tuhan memberi kita akal untuk digunakan sebaik mungkin. Kebebasan berpikir kita bisa menghasilkan paradoks.

Tetapi beberapa orang yang menganggap kebebasan berpikir sebagai tabu, harusnya tidak boleh meragukan tuhan, tidak boleh menggunakan logika jika bicara tentang tuhan, tetapi Tuhan menciptakan akal manusia dan memahaminya dengan baik.

karena, membatasi pikiran bisa menghambat perkembangan intelektual manusia dan menghilangkan ciri khas kita sebagai makhluk berakal. Kemajuan dan penemuan sering kali terjadi dan melanggar batasan-batasan dogma. u ok

Ketika berpikir, kadang aturan dan batasan bisa menyesatkan. Manusia terus menemukan metode baru seiring waktu. Sering terjadi apa yang hari ini tampak benar, menjadi terlihat salah di hari nanti.

Berfikir dan berkeyakinan berbeda, tetapi keduanya amat penting. Lagipula tidak mungkin menghakimi pikiran orang lain untuk menunjukkan sejauh mana pemahaman kita terhadap kebebasan.

Nah disudut pandangan manusia sendiri, 
Ke-Maha-Kuasaan Tuhan tercermin dalam ketaatan dan ibadah manusia di tempat-tempat suci. Kaum agnostik mungkin mengabaikannya, tetapi itu adalah pembahasan yang penting. Bahkan Albert Einstein adalah salah satu di antaranya. Walaupun ia tidak mempercayai Tuhan seperti yang di akuinya. Bahwa sebagai Ilmuwan saya tidak percaya akan adanya suatu oknum adi kodrati yang dapat merubah atau mempengaruhi hukum alam melalui kekuatan doa doa. Hal itu omong kosong paling tidak pada pandangan sebagian besar ilmuwan atau ahli sains di dunia ini.

Sebenarnya terkait ketuhanan, masih ada paradoks lain, yaitu tentang Tuhan yang Maha Adil dan Pengasih. Mengapa ada kejahatan dan penderitaan di dunia jika Tuhan mencintai manusia?

Banyak orang merasa konsep surga dan neraka absurd karena hukuman Tuhan kadang tak sesuai dengan pemahaman manusia. Saya telah memposting artikel berjudul "Kisah Menakjubkan di Dalam Cangkang Telur" untuk menjelaskan hal ini.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak