3 ALASAN MENGAPA UANG PENSIUN TINGGI RISIKO GAGAL BUAT MODAL USAHA


Mengapa kita membahas usia pensiun dan uang pensiun? Karena saya perduli kepada Anda. Terutama diri saya sendiri tentunya. Jika anda merasa bermanfaat slahkan di simak, jika tidak, silahkan di skip saja. Tapi saya ingatkan, hampir setiap orang kira kira akan sampai ke level tertentu dalam hidup mereka. Termasuk saya, termasuk anda.

Uang pensiun adalah uang yang di terima oleh pekerja setelah sekian lama bekerja di sebuah perusahaan, instansi pemerintahan, atau lainnya. Banyak sekali orang berharap, jika telah pensiun kelak mereka bisa pulang kampung setelah bertahun tahun bekerja, tentu saja harapan hidup tenang setelah menerima sejumlah uang pensiun telah terbayang di hadapan mata.

Tetapi masalahnya terbukti, sangat sedikit usia pensiunan berhasil mengelola uang pensiun, dan tidak sedikit mereka gagal total, jatuh ke dalam krisis finansial yang serius setelah pensiun. Uang pensiunnya telah di pinjam oleh sanak keluarga, kebanyakan uang itu tidak kembali. Kini semua mimpi dan jerih payah belasan tahun mulai menjadi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.

Saya tidak mengatakan pensiunan berakhir sengsara. Beberapa orang yang sukses membangun usaha, entah apapun bidang usahanya, adalah orang yang telah merencanakannya jauh jauh hari. Sewaktu bekerja mereka telah merintisnya dengan susah payah, dan itu berlangsung bertahun tahun, dan setelah pensiun mereka dapat fokus kepada usaha tersebut dan menikmati hasilnya.

Catat baik baik, mereka bekerja untuk mencari modal dan melaksanakan cita citanya. Tidak menunggu uang pensiun tapi segera menyisihkan gajinya. Mereka sepakat dengan keluarga mereka untuk hidup berhemat, memiliki tujuan yang pasti: Membuka usaha mumpung selagi bekerja dan ada gaji. Orang seperti ini uang pensiunnya pastinya akan terjamin.

Tapi, Jenis mereka ini dapat di hitung dengan jari, saya tidak termasuk diantara seribu karyawan di perusahaan saya yang saya kenal ada dua hingga tiga orang yang mana mereka mulai investasi justeru pada saat di tahun tahun awal mereka bekerja. Mereka mulai menyicil perumahan dan menyewakannya. Mereka membeli tanah dan segera bekerja keras mengolahnya sepulang bekerja. 5 tahun setelah itu mereka sudah memiliki rumah, mobil, dan keluarga yang berkecukupan.

Tapi ada contoh, banyak pekerja memiliki gaji besar, bisa menyicil rumah, menyicil mobil dari gaji mereka. Mereka nyaris berhemat dan tidak menikmati hidup. 5 tahun kemudian mereka pensiun, kehidupan berubah drastis, uang pensiun dengan cepat habis, pekerjaan baru bayarannya tidak sebaik dulu. Gaya hidup dipertahankan, tapi apa daya tentu ada batasnya, satu persatu properti yang dimiliki terjual, rumah, mobil.

Padahal uang pensiun mereka besar, ada yang mendekati satu milyar rupiah! Banyak komentar di beranda saya: “Kalau saya punya uang segitu pasti jadi modal dan sukses!”

Ya, pertanyaannya, mengapa para pensiunan yang menerima uang banyak itu berakhir dengan kegagalan, mengapa pada akhirnya hidup mereka tidak menjadi lebih baik di banding pada saat mereka masih bekerja dan rutin menerima gaji bulanan?

Menurut hasil pengamatan dari 10 orang terdekat, saya menemukan beberapa faktor fisikis dan faktor psikologis berikut:

Ketika mendekati masa pensiun orang dengan uang pensiun besar, membayangkan bahwa hidup akan berjalan mudah dengan sejumlah uang, melupakan perencanaan yang konsisten, lalu pulang ke kampung dan terjebak delusi. Di sana kaum kerabat telah menunggu penyambutan yang ramah. Perlahan tanpa sadar uang mulai dipinjamkan ke sana sini.

Pertama: Meminjamkan uang terjadi karena janji janji manis, seperti memberikan jalan, membantu usaha, dan berbagai iming iming pengembalian. Orang yang beru pulang tidak akan pernah menduga akibatnya kelak dalam jangka waktu panjang. Hidup akan selalu menjebak orang yang bertindak irasional. Orang yang naif dan percaya kaum kerabat mencintai mereka setulus hati.

Kedua: Zaman telah berubah, tidak sadar Anda telah tua, kaum kerabat juga, mereka telah lama kehilangan idelisme, hidup memaksa mereka lebih realistis dalam memanfaatkan apa saja. Anda mungkin telah mempercayai mereka dari jarak jauh, dari percakapan telepon, dari sesekali kunjungan. Seharusnya anda realistis bahwa anda juga telah dimanfaatkan.

Dan katakanlah, ketika anda masih memiliki modal, ternyata berdagang tidaklah mudah, anda kalah teknik dan kalah pengalaman, bahkan anda kalah modal, kompetisi telah keras dan tidak cocok dengan usia pensiunan. Semuanya mulai terasa tidak sama. Kini anda sadar Anda terjebak dalam delusi. Pertama dimanfaatkan, kedua lalu di tinggalkan.

Saya ingin mengutip info dari seorang pelaku UMKM dari tahun 2021 berikut:

Judul penelitiannya adalah: "Rasio Gagal Bisnis Pensiunan Tinggi"

Saya mengamini pendapat kalau sudah pensiun, nikmati masa pensiun, tak perlu buka bisnis. Kenapa demikian, karena dari data yang ada, rasio kegagalan bisnis pensiunan itu sangat tinggi. Catat baik baik, sangat tinggi.

Dari hasil bincang-bincang dengan beberapa pensiunan, yang berhasil hanya berada dikisaran angka 10-20 persen saja, selebihnya kalau ndak gagal ya ditipu orang. Ini seperti hukum pareto, hanya sedikit yang lolos.

Lantas apa yang menyebabkan bisnis pensiunan itu gagal, dari hasil obrolan itu, disimpulkan setidaknya ada 3 hal pokok yang menyebabkan bisnis pensiunan terpuruk.

1. Mindset
Mindset pekerja dan pebisnis itu sungguh berbeda, bak siang dan malam. Sebagai pekerja, maka sudah jelas jam kerjanya, weekend libur. Bagi wirausaha, sebenarnya tak ada waktu libur, karena mesti terus berpikir.

Di kantor kerja sudah mekanistik, tugas-tugas sudah jelas, tinggal just do it. Wirausaha harus mendesain sendiri, karena semua kontrol ada didirinya.

Dalam hal income juga beda, pekerja sudah jelas kapan gajian dan bonus diberikan. Wirausaha tak jelas, kadang naik dan turun.

Masalah utamanya, saat bekerja puluhan tahun terbiasa dengan pola pikir, cara kerja dan ritme kantor. Saat bermutasi jadi wirausaha, semua harus meenggunakan cara yang berbeda. Ada banyak pensiunan, saat berbisnis dengan mindset kerja dikantor sebelumnya, padahal objeknya sudah berbeda.

Merubah mindset ini tak mudah, karena sudah terbentuk bertahun-tahun. Berubah dari bossy menjadi egaliter misalnya. Dari kebiasaan dilayani, menjadi melayani. Dari kebiasaan ngomong menjadi banyak mendengar. Ini ndak mudah dan banyak yang gagal melakukannya.

2. Life Style
Kedua yang menyebabkan kegagalan adalah gaya hidup. Dalam kurun yang lama terbiasa dengan income yang pasti menyebabkan begitu mudah mengeluarkan uang. Terbiasa memegang uang besar sering meremehkan uang kecil. Terbiasa dapat untung besar sehingga tak siap untung seadanya.

Kebiasaan dengan income pasti menyebabkan begitu royal menggunakan uang. Bahkan saat pensiun pun tak mudah mengubah budaya konsumtif ini. Kebiasaan konsumtif dan kurang menghargai uang kecil ini berimbas pada cara mengelola usaha yang berujung pada boncosnya usaha.

3. Pengalaman
Pengalaman kerja tak berkorelasi langsung kepada pengalaman bisnis. Ada banyak kasus, seorang direktur perusahaan pun tak menjamin sukses jika mengelola bisnisnya sendiri. Ada banyak orang berbakat jadi pekerja, namun tak bakat usaha.

Kurangnya pengalaman ini menyebabkan banyak pensiunan yang ditipu orang. Bahkan menjelang pensiun sudah banyak pelaku yang memprospek dalam bentuk investasi bisnis. Kelihatan kinclong, tapi sebenarnya jebakan.

Saat investasi sebulan sampai tiga bulan dikasih bagi hasil, saat investasi ditambah, setelah itu pengelola dana raib bersama dana investor. Cerita ini sudah tidak asing lagi.

Berikutnya tertipu money game alias investasi abal abal yang menjanjikan untung tinggi tanpa bekerja, cukup menaruh dana. Dapat bagi hasil bulanan.

Kurangnya pengalaman lapangan inilah yang dijadikan sasaran empuk penipu.Kalau dibikin sebuah analogi, cerita ini bisa jadi inspirasi.

Saat menjadi pekerja, seorang pekerja seperti halnya ayam ras yang ada dalam kandang bateray. Ransum, minuman, obat, kandang dan lainnya sudah disiapkan. Ayam tinggal bertelur sesuai jadwalnya. Ayam ras ini diharapkan memiliki produktifitas yang tinggi, karena semua kebutuhannya sudah dicukupi.

Beda lagi dengan wirausaha. Ibarat seperti ayam kampung, ditahap awal ndak ada jaminan, kadang tidur dipohon, diguyur hujan dan bersahabat dengan sambaran petir. Mau bertelur juga dimana saja, ala kadarnya. Semua harus disiapkan sendiri.

Bisa dibayangkan, jika seekor ayam yang terbiasa hidup ala ayam ras, kemudian harus hidup ala ayam kampung. Betapa beratnya.

Biasa makan selalu disediakan, rumah disediakan, sarana kerja disiapkan, kemudian harus ceker cari makan dan rumah dipohon berkawan dengan hujan dan sambaran petir. Pastilah rasio matinya cukup besar. Kaget.

Bagaimana kiat agar bisa bertransformasi dari cara hidup ayam ras ke kampung. Jawabnya berproses. Namanya proses tidak ada yang instan.

Lantas, apa masukan buat para pekerja yang memang berniat menjadi wirausaha. Lewati proses transformasinya. Jika merasa tidak mampu, melihat rasio gagal dan ditipu orang, disarankan dana pensiun disimpan dan digunakan secara bijaksana saja. Itu jauh lebih aman. Demikianlah faktanya.

Nah saya ada saran bagi anda kaum pekerja: Mulailah usaha jika anda masih muda walaupun anda masih bekerja. Banyak contoh orang seperti ini sukses, lho. Bekerja hanyalah murni batu loncatan untuk membangun usaha dan bisnis anda sendiri.

Jika anda sudah terlanjur tua dan pensiun, segera amankan uang pensiun anda, agar hal hal di atas yang kita bicarakan tadi tidak menimpa diri anda.Jika anda telah tua sebaiknya hindari berbisnis, segala hal berubah dengan sangat cepat tidak akan bisa anda hadapi tanpa persiapan dini.

Semoga bermanfaat. Selamat menikmati hari pensiun. Semoga Anda berbahagia selamanya.



Posting Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak