- Apakah Einstein percaya doa
- Apakah Ilmuwan percaya akan keberadaan Tuhan
- Bagaimana cara Mereka memandang penciptaan Alam Semesta?
So, bagaimana, apakah mereka memiliki keyakinan akan adanya Tuhan seperti kita?
Beda, beda banget dengan kita. Sebagian besar faktanya tercermin dari hasil penelitian ilmiah yang mereka presentasikan di depan umum, sebagian lagi dari statemen dan jawaban jawaban yang telah di publikasikan pada saat ceramah sesi ilmiah yang pernah di berikannya.
Kita sedang membicarakan Seorang Ilmuwan dan penemu hebat, ilmuwan paling beken sepanjang masa: Albert Einstein, memang masih ada Stephen Hawking, Thomas Edison dan Charles Darwin yang memiliki pandangan persis sama denganya tentang agama.
Terlepas bagaimana para pemeluk Agama yang taat memandang mereka, tidak dapat di sangkal lagi, ide ide, teori teori dan penemuan mereka telah meraut bulat lonjongnya dunia yang sedang kita huni ini. Sebagian besar hasil sumbangsih mereka bahkan ikut andil membangun dan mempermudah kegiatan di tempat tempat ibadah, gereja, mesjid dan vihara. Dimana sebagian orang di dalamnya masih rajin menghujat mereka.
ALBERT EINSTEIN (lahir 1879, wafat 1955)
Einstein pernah menyatakan: "Ilmu tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu buta" dan pernyataan itu rupanya sering sekali dikutip orang terutama untuk dijadikan sebagai rujukan persepsi atau sudut pandang pembenaran sebuah keyakinan yang dianut oleh orang tersebut terhadap orang lain yang memiliki keyakinan yang berbeda.
Misalnya terdapat sebagian orang Islam yang setuju dengan ungkapan itu dan yakin bahwa Einstein mempercayainya dan dekat kepada kepercayaan suatu agama tertentu. Dan sebagian orang kristen Evangelis yakin Einstein adalah seorang kristen yang taat dan percaya kepada Yesus.
Sebagai salah seorang pendiri Zionis pemerintah Israel pernah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Einstein itu adalah orang Yahudi.
1. Pandangan Einstein tentang agama
Einstein juga pernah secara tersirat menyetujui bahwa buddhisme adalah agama yang paling akomodatif dan sejalan terhadap sains dan dunia modern. Katanya: "Jika ada agama yang dapat berhadapan dengan sains modern, itu adalah agama Budha". Statement tersebut tentu saja tidak dapat mempresentasikan kepercayaan agama Einstein. Tidak sama sekali. Ia bukan orang yang mempercayai agama Budha untuk dipeluk.
Dan, lebih jauh pada fakta-nya kepercayaan tentang ketuhanan Einstein tidaklah seperti yang dibayangkan oleh kaum agamawan, Einstein bahkan sangat bertolak belakang dengan keyakinan Yahudi, keyakinan bangsanya sendiri, dan seperti pada umumnya pandangan para Ilmuwan sains lainnya di muka bumi ini. Einstein dengan tegas mengakui bahwa dirinya agnostic.
Einstein sendiri tidak percaya Allahnya bangsa Yahudi sama halnya seperti keyakinannya terhadap Tuhan Tuhan lainnya. Dia juga membantah jika bangsa Yahudi memiliki kelebihan, menurutnya bangsa Yahudi tidak lebih istemewa daripada bangsa bangsa lain di bumi ini. Hanya saja lingkungan, tekanan hidup telah membentuk watak dan budaya mereka, dan menentukan apakah akhirnya suatu bangsa menjadi 'lebih' daripada bangasa yang lain.
Menurut para ahli, jika Einstein menyebut "Allah" itu hanyalah metafora sebagai ungkapan kosmis akan kekaguman-nya terhadap hukum alam, bukan terhadap bentuk ke-Tuhanan seperti keyakinan para Agamawan.
DAn ini tersirat sangat jelas dalam ungkapan Einstein yang sangat jelas dan gamblang dan tentu saja hal itu sangat tidak terduga oleh kita:
"I have repeadtly said that in my opinion the idea of personal God is childlike one. You may call me an agnostic, but I do not share the crusading spirit of the professional atheist whose fervor is mostly due to a paintful act of lebaration from the fetters of religion indoctrination received in youth. I prefer an attitude of humility corresponding to the weakness of our intelectual understanding of nature and of our own being" (Albert Einstein The Human Side 1954)
("Saya telah menjawab dengan jujur, bahwa menurut saya gagasan tentang Tuhan sebagai personal adalah seperti anak kecil (kekanak kanakan) . Anda mungkin menyebut saya seorang agnostik, tetapi saya tidak sedang membagikan semangat perjuangan para ateis profesional yang semangatnya sebagian besar adalah karena menolak belenggu agama yang diterima dari hasil indoktrinasi di masa muda. Saya lebih suka sikap kerendahan hati sesuai dengan kelemahan pemahaman intelektual kita tentang alam dan keberadaan kita sendiri " -Albert Einstein The Human Side 1954)
Suatu ketika Einstein mengatakan, jika ada suatu hal didalam diri saya yang dapat dianggap religius maka itu adalah: "suatu kekaguman tanpa batas terhadap struktur dunia yang sampai sejauh ini sains telah mampu menyibaknya"
Jadi jelas sekali religius versinya Einstein jauh dari tujuan dan maksud kalangan agamawan.
Baca juga: GOD AFTER DARWIN
Baca juga: Pseudo Sains: Benarkan patikel Air jadi indah karena doa?
Dan, lebih jauh pada fakta-nya kepercayaan tentang ketuhanan Einstein tidaklah seperti yang dibayangkan oleh kaum agamawan, Einstein bahkan sangat bertolak belakang dengan keyakinan Yahudi, keyakinan bangsanya sendiri, dan seperti pada umumnya pandangan para Ilmuwan sains lainnya di muka bumi ini. Einstein dengan tegas mengakui bahwa dirinya agnostic.
Einstein sendiri tidak percaya Allahnya bangsa Yahudi sama halnya seperti keyakinannya terhadap Tuhan Tuhan lainnya. Dia juga membantah jika bangsa Yahudi memiliki kelebihan, menurutnya bangsa Yahudi tidak lebih istemewa daripada bangsa bangsa lain di bumi ini. Hanya saja lingkungan, tekanan hidup telah membentuk watak dan budaya mereka, dan menentukan apakah akhirnya suatu bangsa menjadi 'lebih' daripada bangasa yang lain.
Menurut para ahli, jika Einstein menyebut "Allah" itu hanyalah metafora sebagai ungkapan kosmis akan kekaguman-nya terhadap hukum alam, bukan terhadap bentuk ke-Tuhanan seperti keyakinan para Agamawan.
DAn ini tersirat sangat jelas dalam ungkapan Einstein yang sangat jelas dan gamblang dan tentu saja hal itu sangat tidak terduga oleh kita:
"I have repeadtly said that in my opinion the idea of personal God is childlike one. You may call me an agnostic, but I do not share the crusading spirit of the professional atheist whose fervor is mostly due to a paintful act of lebaration from the fetters of religion indoctrination received in youth. I prefer an attitude of humility corresponding to the weakness of our intelectual understanding of nature and of our own being" (Albert Einstein The Human Side 1954)
("Saya telah menjawab dengan jujur, bahwa menurut saya gagasan tentang Tuhan sebagai personal adalah seperti anak kecil (kekanak kanakan) . Anda mungkin menyebut saya seorang agnostik, tetapi saya tidak sedang membagikan semangat perjuangan para ateis profesional yang semangatnya sebagian besar adalah karena menolak belenggu agama yang diterima dari hasil indoktrinasi di masa muda. Saya lebih suka sikap kerendahan hati sesuai dengan kelemahan pemahaman intelektual kita tentang alam dan keberadaan kita sendiri " -Albert Einstein The Human Side 1954)
Suatu ketika Einstein mengatakan, jika ada suatu hal didalam diri saya yang dapat dianggap religius maka itu adalah: "suatu kekaguman tanpa batas terhadap struktur dunia yang sampai sejauh ini sains telah mampu menyibaknya"
Jadi jelas sekali religius versinya Einstein jauh dari tujuan dan maksud kalangan agamawan.
Baca juga: GOD AFTER DARWIN
Baca juga: Pseudo Sains: Benarkan patikel Air jadi indah karena doa?
2. Pandangan Einstein terhadap doa. Seorang anak kecil pernah bertanya kepada Einstein: Apakah Einstein berdoa?
Einstein menjawabnya dengan jujur karena dia tahu tidak selamanya seorang anak kecil menjadi anak anak kelak dia akan dewasa dan berfikir juga menggunakan nalarnya sendiri. Sebagai seorang Ilmuwan, cendikiawan dan kalangan ahli dia selalu berfikir jauh ke depan sebelum memberikan jawabannya.
"Pengkajian saintifik didasarkan pada ide bahwa segala sesuatu yang sedang terjadi ditentukan oleh hukum alam, dan dengan demikian determinisme ini juga berlaku bagi setiap tindakan manusia.
Karena itulah, seorang ilmuwan peneliti hampir hampir tidak bisa percaya bahwa kejadian kejadian di dalam jagat raya ini dapat dipengaruhi oleh sebuah doa, yakni oleh suatu permintaan yang ditujukan kepada suatu oknum Adikodrati" tulisnya kepada anak tersebut.
percaya atau tidaknya mereka para ilmuan kepada tuhan, cepat atau lambat mereka juga akan mengakuinya,karena kuasa tuhan akan membawa mereka ke alam dimana mereka bisa tahu siapa mereka sebenarnya dan mengapa mereka diciptakan
BalasHapusSayangnya justeru pada faktanya mereka samasekali tidak perduli "agama" sperti orang awam beragama, sampai keakhir hayat mereka. Kita dapat memahami: Keyakinan hampir tidak sama dengan logika sains yang matimatis.
HapusHmmm. Semoga kita semua nggak lupa sama kehadiran yang maha kuasa.
BalasHapusAgama sejatinya menjadikan kita manusia seutuhnya, hanya saja agama itu sesuai dengan pemahaman setiap orang. Karen pemahaman setiap orang beda, maka pada aplikasinya pun beda-beda.
BalasHapusKeberadaan agama mengingatkan kita adanya TUHAN.
"..Karena itulah, seorang ilmuwan peneliti hampir hampir tidak bisa percaya bahwa kejadian kejadian di dalam jagat raya ini dapat dipengaruhi oleh sebuah doa, yakni oleh suatu permintaan yang ditujukan kepada suatu oknum Adikodrati.."
BalasHapusPotongan kalimatnya itu sejujurnya sejalan dgn pemikiran muslim Indonesia pada umumnya (Madzab Syafii), hanya saja tidak diucapkan secara terang2an seperti itu untuk alasan tertentu. Apa alasannya? Rahasia dong 🤣🤣
Andai saja Einsten mendalami Islam InsyaAllah dia akan menemukan kecocokan sains dgn Islam. Yg jelas Nabi Muhammad SAW sudah pernah ke langit ke 7, yg saya rasa ini dpt diartikan pengetahuan ilmu sains Nabi sangat luar biasa.
Baru2 ini aja rumus obat korona ciptaan Imam Syafii sedang di uji coba di negara sana. 👍👍
Hmmm, smoga dlm kondisi apapun kita selalu ingat dan percaya hanya pada Sang Pencipta
BalasHapus