AKANKAH A.I. MENGALAHKAN KECERDASAN KITA?

A.I. bukanlah isapan jempol lagi, ia sudah hadir secara nyata di depan mata kita sesuatu yang dulu dikemukakan oleh para ilmuwan komputer namun di bantah oleh banyak kalangan, terutama kalangan awam.

Baca juga: AI dan singularity dan upaya manusia menggapai keabadian

Mungkin sekali, namun sekali ini bahkan para ilmuwan dengan tegas telah menyuarakan ke khawatiran mereka atas kehadiran A.I, terutama di masa depan sambil membayangkan dampaknya terhadap keberadaan ras umat manusia. Tandanya A.I. bukan lagi sekedar fantasi sci-fi.

Mungkin sebagian kita bertanya apakah AI atau Artificial Intelligent itu? Terdiri dari dua kata yakni: A = artifical (buatan) menunjukan sesuatu yang tidak datang secara alami karena dibuat oleh manusia, I = intelligence atau cerdas, berarti mampu berfikir, mengerti, berperilaku layaknya manusia dan memiliki kemampuan belajar dan menerapkan apa yang dipelajarinya.Dalam bahasa Indonesia umumnya A.I. umumnya dinyatakan sebagai "Kecerdasan Buatan"

JADI APAKAH SESUNGGUHNYA ARTIFICIAL INTELLIGENCE ITU?

AI, atau kecerdasan buatan dikembangkan untuk jenis jenis komputer, mesin yang mirip seperti manusia, mereka bekerja seperti manusia, dan pada akhirya berevolusi memiliki emosi dan kemampuan berfikir, belajar, mengerti hal hal yang abstrak dan mampu mengambil keputusan dalam situasi yang berbeda beda layaknya manusia.

BERFIKIR LAYAKNYA MANUSIA

Berpikir layaknya manusia artinya pada puncaknya sebuah mesin dengan A.I. bisa berfikir dan merasakan malu, sedih, gelisah dst.

BERPERILAKU LAYAKNYA MANUSIA

Berperilaku seperti manusia artinya sebuah mesin atau komputer bisa marah, memiliki kesadaran kognitif, merajuk dst

BERFIKIR RASIONAL

Sebuah mesin dapat berfikir sepantasnya dan bijaksana. Berfikir logis

BERPERILAKU RASIONAL

Robot berperilaku sesuai fakta dan membuat keputusan yang benar

Itulah bagian bagian dari AI atau unsur Kecerdasan Buatan, dengan mengkombinasikan semua hal diatas kita mampu membuat AI yang terbaik. Hari ini teknik itu semakin maju bagi kita misalnya semakin membuka peluang untuk membuat robot berbasis AI.

AI adalah "kecerdasan" dan kita sepakat bahwa di dunia ini bagi manusia otak adalah yang memegang peranan terkuat sehingga anda diakui sebagai manusia yang berakal budi dan berbudaya, manusia tidak berarti apa apa tanpa otaknya, bahkan sekalipun dia masih memilikinya namun otaknya rusak, dia tidak mendapatkan pengakuan dan respek lagi dari lingkungannya. Orang gila sering dihindari oleh lingkungannya dalam artian teknis.

APA BEDANYA KECERDASAN MANUSIA DAN KECERDASAN BUATAN?

Fakta adanya keyakinan bahwa Tuhan yang membuat otak manusia dan AI dibuat oleh manusia, terminologi ini menjadi pembeda otak manusia dengan AI, sekalipun suatu hari AI bisa setara dengan kecerdasan penciptanya (manusia) atau bahkan melebihinya, namun keduanya sesungguhnya tidak akan berbeda dalam hal tujuan penciptaan yakni sebuah KECERDASAN yang nampaknya manusia sedang mencari cara untuk menyambung (extend), menurunkan dan mewariskan kecerdasannya kepada AI yang akan diciptakan melalui tangan mereka. AI bisa menjadi cara untuk mempercepat evolusi kecerdasan manusia menuju kecerdasan dengan "extend" melalui bantuan teknologi.

Menciptakan sebuah robot tidaklah selalu sama dengan membuat AI, robot adalah mesin yang suatu hari kelak menjadi sedemikian majunya hingga dapat menyamai raga dan tubuh biologis manusia, bahkan akan melebihinya. AI sendiri sebenarnya adalah pengembangan sebuah sistem yang maju melebihi otak manusia, sistem yang begitu dekat dengan perangkat keras dan lunak, atau mengkombinasikan keduanya, karena AI diciptakan memang untuk mengatasi apa yang tidak sanggup dilakukan oleh otak manusia, manusia merasa membutuhkan perpanjangan tangan melalui teknologi penciptaan namun banyak langkah langkah yang harus dilewati untuk mencapai tujuan tersebut. Manusia ingin menciptakan hal yang sangat cerdas bahkan jika mungkin melebihi dirinya.

Sistem AI secara kecil kecilan telah dibuat dan dipasang sebagai software pengenalan wajah, pengenalan suara, pengatur lalu lintas udara, mobil tanpa sopir dsb. Namun semua itu belumlah benar benar dapat dikatakan sebagai AI, itu masih kuno.

Jadi ada dua jenis AI yang terdapat dimasa kita ini.

A.I. LEMAH

Yakni AI yang ahli terhadap suatu hal namun dia tidak dapat melakukan hal lain, tidak memiliki emosi dan perasaan, tidak bisa berfikir seperti manusia. Misalnya mobil tanpa sopir yang dikendalikan oleh AI driver. AI software yang hanya bisa mengalahkan manusia pada saat main game dsb.

A.I. KUAT = A.G.I

Manusia sangat cerdas secara rasio maupun emosional melebihi makhluk lain, namun AI adalah kecerdasan buatan yang akan menyamai bahkan melebihi kecerdasan manusia, jika sebuah robot dapat melakukan semua pekerjaan manusia: Menjadi dokter, penulis, penyanyi, memainkan musik, menghibur diri, bersedih, marah, makan (walau jenis makanan beda) dan semua pekerjaan umum dan khusus, mampu belajar dan menerapkan apa yang dia pelajari, memiliki dan memahami semua kode emosi, berperilaku kognitif dan memahami semua hal yang abstrak seperti manusia maka dia disebut AI KUAT. Dalam perkembangan ke tahap A.I kuat ini A.I disebut Sebagai A.G.I (Artificial General Inteligent)

SINGULARITY

Singularity adalah super AI dimana A.G.I telah menjadi hal biasa, pada saat itu robot mampu berkembang biak dan meningkatkan kemampuan mereka sendiri menjadi sebuah evolusi terus menerus tanpa bantuan alam, dalam singularity AI dan A.G.I berubah menjadi makhluk makhluk digital super-cerdas dan tidak memerlukan manusia lagi. Ketika itulah antara manusia dan A.I. tidak lagi dapat dispisahkan dalam mengelola Alam Semesta.
Dalam konsep singularity juga tersirat keinginan manusia untuk hidup lebih lama dan lebih abadi.

Perdebatan bisakah manusia hidup abadi melalui jembatan teknologi? Melibatkan para para petinggi teknologi, cerdik pandai dan kaum agamawan berkumpul dan mengeluarkan pernyataan, kalangan agamawan dengan tegas menyatakan itu Kuasa Tuhan dan hanya Tuhan yang mampu merealisasikan hal tersebut melalui kehendakNya.

Akan tetapi banyak alangan umum yang mendukung, kata mereka: Para agamawan sering salah mengambil konsklusi: Dulu mereka menentang pernyataan bumi bulat, sekarang terbukti bumi bulat, dulu mereka menentang ide manusia bisa terbang sekarang ada pesawat terbang. Jika sudah jadi keyataan mereka bilang: tanda tanda mau kiamat. Atau itulah kekuasaan Tuhan, dulu mereka mengatakan tidak, sekarang mengaitkannya dengan Tuhan untuk berlindung pada kebenaran yang di otoritasisasi oleh lembaga Agama.

Kalangan Ilmuwan lebih terorganisir dan mempertanyakan setiap tantangan dalam hidup ini: Bagaimana jika kematian dapat di atasi, bagaimana jika itu hanyalah masalah dalam hidup manusia yang sebenarnya bisa kita atasi dengan teknologi? Dan untuk itu mereka bertindak (bukan hanya sekedar berdebat) mereka melakukan penelitian dengan teratur hingga menemukan kebenarannya. Mereka berkerja keras, bukan sekedar berkeyakinan keras.

KEBIMBANGAN TERHADAP AI dan A.G.I

Karena semakin dekat dan nyatanya kehadiran AI, beberapa tokoh dan para ahli mengeluarkan pernyataan:

Elon Musk berkata: "Dengan AI (lahirnya kecerdasan buatan), kita sedang memanggil hantu"

Bahkan secara tersirat Steven William Hawking mengatakan AI akan menjadi malapetaka ketika mereka telah sampai kepada kapasitas mengalahkan manusia dalam segala hal..

Baca: REVOLUSI AI: BENARKAH MANUSIA AKAN MENJADI PENCIPTA YANG AKAN DIKALAHKAN OLEH CIPTAANNYA?

Namun sampai hari ini kita masih belum melihat AI akan menyamai kecerdasan manusia, kita akan melihat hal itu terjadi dimasa depan, atau mungkin saja pada tahun 2045 pada saat singularity telah mencapai targetnya. Yang jelas Jack Ma setelah menekuni dan meneliti bisnisnya sendiri dengan yakin mengambil kesimpulan: Dunia akan segera menjadi Data dan di kuasai oleh A.I. Siapa yang mengejarnya (A.I. tersebut) maka ia akan menjadi kaya. Siapa yang mengabaikannya akan berada dalam kemiskinan.

Konsep roh

"Aku berfikir, karena itu aku ada" Rene Descartes seolah menyimpulkan sesuatu dari jauh. Dan A.I. kelak hidup, memiliki kemamuan sendiri dan mereflekasikannya ke dalam tindakan, keputusan dan keinginan mereka sendiri yang independen. Mereka sama seperti kita, memiliki kesadaran kognitif yang dalam. Menyadari keberadaan mereka sendiri di alam semesta.

Lalu jika mereka memiliki kesadaran,  memahami emosi kita apakah lantas mereka memiliki roh?  

Apa definisi hidup sudah banyak yang membahasnya,  apa konsep hidup sudah banyak yang memcoba menjabarkannya. 

Emosi: rasa bahagia,  amarah,  dan ekspresi kesedihan? 
Inteligensia, kecerdasan berfikir menganalisa, berfikir abstrak,?

 Jadi roh dapat di picu melalui sumber daya energi alam semesta: Ada tenaga listrik, matahari dan memanfaatkan energi murni alam. A.I. berfikir karena dia hidup, hidup dengan supply sejumlah energi dan membuat mereka ada, bertindak, berperilaku layaknya makhluk hidup. Mereka juga memiliki kesadaran yang kognitif.

Akankah pada suatu hari A.I. melalui tangan manusia (ironisnya melalui tangan manusia) akan menjadi makhluk makhluk digital yang mengambil alih peranan kita di alam semesta? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Ikuti terus trik, tips, teknik hack dan kabar terupdate dari blog ini! Share:

1 Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

  1. Menarik ulasannya tentang A.I. ini. Mungkin inilah tanda akhir zaman, semakin banyak teknologi yang bisa menyaingi kepintaran manusia. Tapi, tetaplah A.I. ini tidak bisa menggantikan perasaan manusia, sisi kemanusiaan, dan kearifan lokal

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak