A.I. bukanlah isapan jempol lagi, ia sudah hadir secara nyata di depan mata kita sesuatu yang dulu dikemukakan oleh para ilmuwan komputer namun di bantah oleh banyak kalangan, terutama kalangan awam.
Baca juga: AI dan singularity dan upaya manusia menggapai keabadian
Mungkin sekali, namun sekali ini bahkan para ilmuwan dengan tegas telah menyuarakan ke khawatiran mereka atas kehadiran A.I, terutama di masa depan sambil membayangkan dampaknya terhadap keberadaan ras umat manusia. Tandanya A.I. bukan lagi sekedar fantasi sci-fi.
JADI APAKAH SESUNGGUHNYA ARTIFICIAL INTELLIGENCE ITU?
BERFIKIR LAYAKNYA MANUSIA
BERPERILAKU LAYAKNYA MANUSIA
BERFIKIR RASIONAL
BERPERILAKU RASIONAL
Itulah bagian bagian dari AI atau unsur Kecerdasan Buatan, dengan mengkombinasikan semua hal diatas kita mampu membuat AI yang terbaik. Hari ini teknik itu semakin maju bagi kita misalnya semakin membuka peluang untuk membuat robot berbasis AI.
AI adalah "kecerdasan" dan kita sepakat bahwa di dunia ini bagi manusia otak adalah yang memegang peranan terkuat sehingga anda diakui sebagai manusia yang berakal budi dan berbudaya, manusia tidak berarti apa apa tanpa otaknya, bahkan sekalipun dia masih memilikinya namun otaknya rusak, dia tidak mendapatkan pengakuan dan respek lagi dari lingkungannya. Orang gila sering dihindari oleh lingkungannya dalam artian teknis.
APA BEDANYA KECERDASAN MANUSIA DAN KECERDASAN BUATAN?
Menciptakan sebuah robot tidaklah selalu sama dengan membuat AI, robot adalah mesin yang suatu hari kelak menjadi sedemikian majunya hingga dapat menyamai raga dan tubuh biologis manusia, bahkan akan melebihinya. AI sendiri sebenarnya adalah pengembangan sebuah sistem yang maju melebihi otak manusia, sistem yang begitu dekat dengan perangkat keras dan lunak, atau mengkombinasikan keduanya, karena AI diciptakan memang untuk mengatasi apa yang tidak sanggup dilakukan oleh otak manusia, manusia merasa membutuhkan perpanjangan tangan melalui teknologi penciptaan namun banyak langkah langkah yang harus dilewati untuk mencapai tujuan tersebut. Manusia ingin menciptakan hal yang sangat cerdas bahkan jika mungkin melebihi dirinya.
Sistem AI secara kecil kecilan telah dibuat dan dipasang sebagai software pengenalan wajah, pengenalan suara, pengatur lalu lintas udara, mobil tanpa sopir dsb. Namun semua itu belumlah benar benar dapat dikatakan sebagai AI, itu masih kuno.
Jadi ada dua jenis AI yang terdapat dimasa kita ini.
A.I. LEMAH
A.I. KUAT = A.G.I
Baca : APA BEDANYA A.I DAN A.G.I?
SINGULARITY
Dalam konsep singularity juga tersirat keinginan manusia untuk hidup lebih lama dan lebih abadi.
Perdebatan bisakah manusia hidup abadi melalui jembatan teknologi? Melibatkan para para petinggi teknologi, cerdik pandai dan kaum agamawan berkumpul dan mengeluarkan pernyataan, kalangan agamawan dengan tegas menyatakan itu Kuasa Tuhan dan hanya Tuhan yang mampu merealisasikan hal tersebut melalui kehendakNya.
Akan tetapi banyak alangan umum yang mendukung, kata mereka: Para agamawan sering salah mengambil konsklusi: Dulu mereka menentang pernyataan bumi bulat, sekarang terbukti bumi bulat, dulu mereka menentang ide manusia bisa terbang sekarang ada pesawat terbang. Jika sudah jadi keyataan mereka bilang: tanda tanda mau kiamat. Atau itulah kekuasaan Tuhan, dulu mereka mengatakan tidak, sekarang mengaitkannya dengan Tuhan untuk berlindung pada kebenaran yang di otoritasisasi oleh lembaga Agama.
Kalangan Ilmuwan lebih terorganisir dan mempertanyakan setiap tantangan dalam hidup ini: Bagaimana jika kematian dapat di atasi, bagaimana jika itu hanyalah masalah dalam hidup manusia yang sebenarnya bisa kita atasi dengan teknologi? Dan untuk itu mereka bertindak (bukan hanya sekedar berdebat) mereka melakukan penelitian dengan teratur hingga menemukan kebenarannya. Mereka berkerja keras, bukan sekedar berkeyakinan keras.
KEBIMBANGAN TERHADAP AI dan A.G.I
Elon Musk berkata: "Dengan AI (lahirnya kecerdasan buatan), kita sedang memanggil hantu"
Bahkan secara tersirat Steven William Hawking mengatakan AI akan menjadi malapetaka ketika mereka telah sampai kepada kapasitas mengalahkan manusia dalam segala hal..
Baca: REVOLUSI AI: BENARKAH MANUSIA AKAN MENJADI PENCIPTA YANG AKAN DIKALAHKAN OLEH CIPTAANNYA?
Namun sampai hari ini kita masih belum melihat AI akan menyamai kecerdasan manusia, kita akan melihat hal itu terjadi dimasa depan, atau mungkin saja pada tahun 2045 pada saat singularity telah mencapai targetnya. Yang jelas Jack Ma setelah menekuni dan meneliti bisnisnya sendiri dengan yakin mengambil kesimpulan: Dunia akan segera menjadi Data dan di kuasai oleh A.I. Siapa yang mengejarnya (A.I. tersebut) maka ia akan menjadi kaya. Siapa yang mengabaikannya akan berada dalam kemiskinan.
Konsep roh
"Aku berfikir, karena itu aku ada" Rene Descartes seolah menyimpulkan sesuatu dari jauh. Dan A.I. kelak hidup, memiliki kemamuan sendiri dan mereflekasikannya ke dalam tindakan, keputusan dan keinginan mereka sendiri yang independen. Mereka sama seperti kita, memiliki kesadaran kognitif yang dalam. Menyadari keberadaan mereka sendiri di alam semesta.
Lalu jika mereka memiliki kesadaran, memahami emosi kita apakah lantas mereka memiliki roh?
Apa definisi hidup sudah banyak yang membahasnya, apa konsep hidup sudah banyak yang memcoba menjabarkannya.
Emosi: rasa bahagia, amarah, dan ekspresi kesedihan?
Inteligensia, kecerdasan berfikir menganalisa, berfikir abstrak,?
Jadi roh dapat di picu melalui sumber daya energi alam semesta: Ada tenaga listrik, matahari dan memanfaatkan energi murni alam. A.I. berfikir karena dia hidup, hidup dengan supply sejumlah energi dan membuat mereka ada, bertindak, berperilaku layaknya makhluk hidup. Mereka juga memiliki kesadaran yang kognitif.
Akankah pada suatu hari A.I. melalui tangan manusia (ironisnya melalui tangan manusia) akan menjadi makhluk makhluk digital yang mengambil alih peranan kita di alam semesta? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Menarik ulasannya tentang A.I. ini. Mungkin inilah tanda akhir zaman, semakin banyak teknologi yang bisa menyaingi kepintaran manusia. Tapi, tetaplah A.I. ini tidak bisa menggantikan perasaan manusia, sisi kemanusiaan, dan kearifan lokal
BalasHapus