Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian, Minggu, memperingatkan bahwa negaranya dapat bertindak, bukan sekadar menjadi pengamat lagi. Negaranya bisa mengerahkan militernya untuk membantu negara Palestina.
Dia mengatakan kepada al Jazeera bahwa mereka telah menyampaikan pesan kepada para pejabat Israel bahwa “jika mereka tidak menghentikan kekejaman mereka di Gaza, Iran tidak bisa hanya menjadi pengamat, kami wajib bertindak nyata.”
Sementara itu, AS mengirimkan kapal induk terbesarnya untuk membantu Israel. Amerika menyatakan ini sebagai antisipasi campur tangan Iran yang sepertinya sudah gatal tangan ingin mencampur tangani konflik Israel-Palestina secara militer. Tuduhan yang tentu saja dibantah Iran karena Iran tidak menyerang tanpa sebab.
Akan tetapi, tentu saja Amerika juga khawatir eskalasi perang menjadi meluas yang dapat merugikan negara super power tersebut.
Maka dari sudut itu, AS mendesak Israel untuk menunda serangan daratnya guna memungkinkan upaya kemanusiaan bagi warga Gaza yang terjebak di wilayah tersebut, kata beberapa pejabat AS.
Biden sendiri melalui Menteri Pertahanan Jack Sullivan menegaskan paket bantuan senjata untuk digunakan Israel telah siap untuk dipergunakan secara melimpah. Ia juga menegaskan, Amerika tidak perlu terlibat langsung dalam perang karena Israel memiliki kapasitas militer paling kuat di Timur Tengah, meskipun di tengah kekuatiran campur tangan militer Iran. Iran adalah ancaman paling serius bagi kami, katanya, untuk itulah kita bersiaga.
Amerika bahkan rela meninggalkan kepentingannya pada saat Ukraina sedang ngos-ngosan melawan tentara Rusia.
Sementara itu, banyak pengamat militer Timur Tengah meyakini, hanya Iran yang memiliki kapasitas militer dalam menandingi Israel, termasuk keuntungan karena negara para mullah memiliki Hizbullah yang merupakan piranti militer binaan Iran. Iran juga memiliki beberapa proxy militer bentukannya di beberapa negara lain di Timur Tengah, termasuk di Suriah dan di Afrika.