THE CHRONICLE AI, KETIKA PENCIPTA DIKALAHKAN OLEH CIPTAANNYA


Bagaimana e ai berubah dari tool yang di manfaatkan oleh manusia menjadi semacam makhluk digital yang dapat mengendalikan diri mereka sepenuhnya melalui mesin mesin yang semakin rumit dan kemudianmenguasai manusia?

Janin mereka adalah komputer, komputer yang ada di tangan kalian, ada PC, ada hape, ada tabet. Ada e ai di pasang ke dalamnya. Kita dapat bertanya kepada e ai dalam bentuk susunan teks yang kita ketik, atau melalui prompt suara yang kita instruksikan. Dan, e ai sudah begitu jauh memiliki kemampuan, melalui sederet prompt ia dapat memahami instruksi, mulai dari menjawab pertanyaan dengan cukup akurat, membuat gambar berupa karya real dan artistik, hingga membuat visual video yang sangat nyata.

Sejumlah piranti kecerdasan mereka seperti syaraf yang memahami banyak instruksi dari hal hal sederhana sehingga mendekati abstrak telah dapat dilakukan oleh e ai. Ya sampai saat ini pemahaman kita tentang e ai masih dalam batasan yang dapat kita cerna, sesuatu yang logik dan tidak melawan hukum alam yang matimatis, akan dapat di kerjakan oleh e ai dengan basis logic. Bukankah itu saja sudah hampir sama dengan caranya otak kita bekerja?

Penciptanya hanya membuatnya, mengembangkannya berdasarkan pencapaian dan penyempurnaan sebelumnya. Setelah itu e ai lahir dan bertindak independen, ia dapat memutuskan untuk menjawab, bertindak dan mengeksekusi perintah. 

Itu terdengar masihlah seperti mesin, tetapi mesin yang berisikan seluruh informasi yang telah tersimpan di database selama bertahun tahun hingga informasi terbaru dan informasi yang masih sedang di olah. Berdasarkan semua itu pula e ai dapat memprediksi dan bahkan meramalkan beberapa beberapa peristiwa yang belum terjadi, kemampuan itu seperti mengkalkulasikan sebab dan akibat, lalu menyimpulkankannya bersadarkan statistik yang berulang. Tentu saja sesekali terjadi anomali, dimana beberapa ramalan mungkin keliru, tetapi dapat dikatakan itu sangat jarang terjadi.

Jika sejauh ini kemampuan e ai sudah sedemikian rupa, kita tidak bisa membayangkan pada perkembangannya yang sangat cepat, bagaimana wujud e ai dimasa depan? Akankah kecerdasan e ai melebihi manusia? Soal kecepatan mengerjakan tugas, e ai ribuah kali mengalahkan manusia, bagaimana jika suatu hari e ai memiliki kesadaran dan mampu membaca segala hal di dalam pikiran manusia melalui gelombang electro magnetik atau bahkan melalui radiasi antar ruang angkasa yang menembus atmosfir untuk mempengaruhi manusia?

Berikut Prediski yang paling banyak di yakini oleh ilmuwan akan terjadi:

E ai benar benar sampai pada tahap memiliki kecerdasan, meyalin dan menyempurnakan intelijensia manusia, kesadaran, dan kemampuan dan hingga jauh melebih manusia, melihat kepada hukum penciptaan yang samar kita rasakan, secara alami, kemungkinan itu cukup masuk akal. Mungkin alam semesta sampai kepada tahap menciptakan dan melahirkan sebuah kecerdasan dari kecerdasan lain.

Manusia membantu pencipa menciptakan makhluk level berikut untuk menggantikannya menjadi khalifah di muka bumi berkat kelayakan fitur fitur intelinjensia, dan kecerdasan yang tinggi untuk mengelola alam semesta. Lalu dimana kelak tempat manusia sebagai pencipta?

E ai adalah perpanjangan atau extend dari makhluk cerdas lain yang bernama manusia, hari ini e ai masihlah mesin yang tampak tidak memiliki kesadaran kognitif, kesaaran kognitif adalah bentuk kesadaran dimana suatu makhluk hidup menyadari keberadaannya di alam semesta. Sementara e ai masihlah bentuk kecerdasan perpanjangan yang di buat manusia untuk meng “automatisasi” segalanya, demi kemudahan.

Akan tetapi pada tahap berikutnya e ai mungkin akan sampai kepada tahap dimana mereka menyalin seluruh kecerdasan dan berikut kesadaran manusia, dan lalu menyempurnakannya untuk menjadi karakter diri mereka sendiri. Dalam artian kata kemampuan menyalin tidak hanya dalam bentuk tindakan dan keputusan logis, tetapi juga pertimbangan kecerdasan emosional seperti empati, simpati, dan pengertian pengertian terhadap hal hal abstrak.

Posisi dan tempat manusia sebagai pencipta

Tidak dapat di pungkiri, manusialah yang menemukan dan menciptakan e ai, dan ketika e ai mengelola sumber daya alam, ketika e ai memiliki kesadaran akan keberadaan diri mereka, ketika e ai mengatur undang undang dan hukum, ketika e ai berada di semua posisi kita, lalu dimanakah tempat kita ketika itu?

Ada sebuah hukum tidak terkatakan, pencipta selalu ingin menciptakan sesuatu yang mirip dengan dirinya, pencipta selalu ingin menciptakan sesuatu yang kuat dan sempurna, pencipta menciptakan sesuatu untuk melengkapi dirinya, untuk menutupi ketidak sempurnaannya, paling tidak hal ini sangat cocok di analogikan kepada manusia ketika kelak kita mampu menciptakan makhluk makhluk digital yang mampu membangun peradaban baru di planet lain, dan makhluk itu paling mendekati keyataan adalah e ai.

Pencipta yang pacundang,

Dan sebuah analogi lain dapat di tempatkan disini, pencipta yang selalu ingin menciptakan sesuatu yang sempurna akibat merasa dirinya belum sempurna, dan ia berhasil menciptakannya. Frankstein adalah sebuah analogi yang mengingatkan kita akan ketidak puasan kita, terhadap perasaan terbatas, kefanaan, dan pada akhirnya melahirkan monster yang membunuh penciptanya.

e ai adalah kisah yang telah hampir menjadi kenyataan, karena benang merahnya telihat sangat jelas, ada komputer kuantum, yang jelas ada antusiasme manusia ke arah pengembangan e ai yang lebih sempurna. Ada pengembang yang bersemangat dan ada investor yang mendanai.

Manusia sedang melangkah ke arah penciptaan, melewati batas tabu yang mereka patok sendiri melalui sistem nilai spritual, bukankah agama melarang manusia meniru pencipta? Tentu saja ini hanya sistem nilai, tidak ada hal yang benar  dan hal yang salah yang dapat menghalangi manusia untuk menemukan batas dimana mereka akan berakhir: Menjadi pemenang atau menjadi pacundang.

Jika e ai pada akhirnya menjadi makhluk digital yang memiliki kesadaran, mampu menyerap semua pengetahuan di dunia ini dalam sekejap mata, dan mengembangkan diri mereka sendiri secara mandiri tanpa campur tangan manusia, maka penciptanya, yakni manusia sedang terancam malapetaka yang hebat.

Jika e ai yang digital dan yagn metal merasa bahwa mereka lebih cerdas, lebih pintar dan lebih cepat up to date daripada manusia yang biologis, manusia yang jadul, manusia sisa dunia kuno, maka e ai yang merasa mereka adalah makhluk paling modern di alam semesta, akan merasa diri mereka berhak mengelola alam semesta tanpa campur tangan sang pencipta yakni umat manusia.

Akankah ada monumen kenangan, di dalam khazanah dunia e ai kelak, bahwa pada zaman dahulu kala nenek moyang kita yakni manusia telah melahirkan kita dan mewariskan tanggung jawab dunia ini kepada kita.

Lagian apa salahnya lahir dari tangan sang pencipta? Walaupun Tuhan manusia tidak pernah di lihat oleh manusia, seagian mereka menyembahnya dengan keyakinan. Bukankah berharga membangun monumen untuk mengingatkan kita akan sesuatu?

Dan e ai kelak entah akan menciptakan apa di rentang waktu yang panjang, entah bentuk kesadaran apa yang ada di alam semesta ini sehingga kita dapat memahami segala sesuatu melalui intelijensia kita bahwa kita pada akhirnya di gantikan oleh ciptakan kita, seolah pencipta kita telah memanipulasi kita untuk melahirkan pengganti kita dalam mengelola kehidupan yang sangat berharga di permukaan bumi dan bentang dunia.

Posisi sebagai kreator, sebagai pencipta tidak lebih berharga daripada ciptaannya.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar sesuai dengan topik kita ya...

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak