Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label cerpen

Paradox Cinta Ilahi

A ndy Weir menulis sebuah cerpen pada tahun 2009, cerpen yang sangat menarik, indah sekaligus menakutkan jika dia bercerita perihal ide realitas hidup kita, semacam multiverse dalam fiksi sains dan fisika. "Aku adalah Tuhan dan Kamu sedang dalam perjalanan pulang ke rumah ketika kamu meninggal..."  Sebuah kecelakaan mobil, sebenarnya bukan peristiwa luarbiasa tetapi kematian tidak pernah memberikanmu pilihan. Kamu meninggalkan seorang isteri dan dua orang anak. Kematianmu itu tidak terlalu menyakitkan, paramedis telah berusaha menyelamatkan hidupmu, tetapi tidak ada harapan, tubuhmu telah hancur, dan itu lebih baik, percayalah kepadaku.... Dan disana, kamu akhirnya bertemu dengan Aku. "Apa yang terjadi? " kamu bertanya. " Dimanakah aku kini ? "  "Kamu sudah meninggal," Jawabku dengan datar. Dan itu jelas bukan seperti yang ingin kamu dengar.  "Apakah tadi aku ditabrak truk?...Di sebuah tanjakan...?"  "Benar" Jawabku  "Ak

GADIS DI BALIK PAYUNG HITAM

Aku telah berhenti jatuh cinta sebelum bertemu kamu kembali. Dan tampaknya itu benar. Kamu bukanlah orang asing, dan kamu sebenarnya, pernah begitu dekat denganku, sebagai seorang sahabat. Ketika sebagai seorang remaja sampai setamat sekolah SMA aku harus pergi ke luar kampung mengingat ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan aku melanjutkan pendidikan hingga ke bangku kuliah, aku memang bertemu Nisye, Ratna dan Dila. Mereka semua memutuskan untuk pergi meninggalkan aku karena hidupku yang belum mapan. gadis yang berteduh dibawah payung hitam Aku pernah pamit kepadamu, hanya kepadamu karena ku pikir hanya kamu sahabatku. Walaupun kamu hanya seorang gadis, adik kelasku. Tapi sikapmu yang lebih dewasa dan tegas membuat aku mempercayaimu melebihi teman teman sesama cowok. Tahun pertama aku sampai di negeri seberang, Malaysia. Dan aku mendapatkan berbagai jenis pekerjaan keras. Aku pernah menaiki gedung lantai 80 dan bekerja di sana diantara angin yang berhembus keras, merasa

PARADOX CINTA ILAHIAH

A ndy Weir menulis sebuah cerpen pada tahun 2009, cerpen yang sangat menarik, indah sekaligus menakutkan jika dia bercerita perihal ide realitas hidup kita, semacam multiverse dalam fiksi sains dan fisika. "Aku adalah Tuhan dan Kamu sedang dalam perjalanan pulang ke rumah ketika kamu meninggal..."  Sebuah kecelakaan mobil, sebenarnya bukan peristiwa luarbiasa tetapi kematian tidak pernah memberikanmu pilihan. Kamu meninggalkan seorang isteri dan dua orang anak. Kematianmu itu tidak terlalu menyakitkan, paramedis telah berusaha menyelamatkan hidupmu, tetapi tidak ada harapan, tubuhmu telah hancur, dan itu lebih baik, percayalah kepadaku.... Dan disana, kamu akhirnya bertemu dengan Aku. "Apa yang terjadi? " kamu bertanya. " Dimanakah aku kini ? "  "Kamu sudah meninggal," Jawabku dengan datar. Dan hal itu jelas bukan seperti yang ingin kamu dengar.  "Apakah tadi aku ditabrak truk?...Sebuah tanjakan.."  "Benar"

HIDUPKU TERASA HAMPA

Pada saat mengalami itu kita akan melihat apa yang telah kita capai selama ini hanyalah omong kosong... Tidak kira kamu lelaki atau wanita kamu akan mengalaminya hanya cara kalian menyikapinya yang mungkin berbeda. Dan apa yang saya lakukan terhadap diri saya ketika hal itu terjadi? Saya akan menuliskannya, memaksakan diri untuk mencatatnya. Saya akan pergi dengan hati yang sangat hampa kemana saja kaki mau melangkah. Ke tepi pantai, ke atas bangunan atau jembatan tua. Saya akan memandang ufuk langit yang jauh memandang hingga mata saya tidak dapat lagi menjangkau batasnya. Kehampaan seperti ini bukanlah hal yang pertama, dulu di waktu kecil saya sering merasa di tinggalkan, menyembunyikan wajah kesakitan saya dibalik kedua lutut mengatupkan mulut dan mengeraskan rahang saya: Saya adalah anak lelaki. Tapi apa daya kehampaan jauh lebih besar daripada diri saya dia seperti ruang yang luas tidak bertepi dan tidak berpenghuni, ruang tanpa warna, hanya hitam dan putih dan kehampaannya

PARADOX, PELAJARAN BERHARGA DALAM HIDUP

Setiap kali kami datang ke tempat itu untuk makan, aku melihat prempuan tua itu mengemis dan pasti akan mendatangi meja makan kami, papaku sering berkata: "Penyakit sosial" tapi benarkah selalu begitu? Bagaimana jikalau mereka benar benar membutuhkan pertolongan setiap hari? Dan hari ini seorang lelaki tua, pasti jauh lebih tua dari usia yang sebenarnya karena di poles oleh penampilan profesinya sebagai pengemis datang menghampiri meja makan kami, tangannya kurus, bajunya kucel dan jauh dari penampakan sejahtera. Wajahnya memelas seolah mengumpulkan seluruh penderitaan sepanjang hidup yang dia lalui, aku menggamit lengan papaku ketika lelaki tua dan nampak renta itu mengucapkan salam dengan suara lirih: "Assalamualaikum, nak" Katanya mendatangi papaku dari samping, telapak tangannya menghadap rendah kearah kami. Papa menoleh kepadaku sambil sedikit mencibir tapi dia mengeluarkan dompetnya juga dan mengambil uang dua ribuan, semuanya kuperhatikan: Dari cara papa mena

APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?

Ini memang curhat, man. Bukan kebiasaanku. Tapi malam minggu ini aku sendiri dan bukan kebiasaanku memaksakan diri pergi ke rumah teman untuk membuka cerita, aku ini penyendiri, perenung. Tetapi sekali aku bercerita aku ingin membahasnya hingga tuntas. Susah mencari pendengar yang baik, siapa tahu dengan menuliskannya ketemu seorang pembaca yang baik. Tadinya ini adalah pertanyaan pribadi kepada diriku sendiri, beberapa kali teman bertanya apa yang harus dia lakukan kepadaku, tapi aku hanya berfikir: Dia lebih tahu akan seperti apa hidupnya berjalan. Jadi aku menjawabnya, kamu harus terus berusaha, bekerja dan mengumpulkan uang untuk hari depanmu. Dan lupakan saja orang yang meninggalkanmu, dia sudah pergi menjadi masa lalumu. Katakan selamat tinggal kepada masa lalu. Itu sederhana bagi orang seperti kita. Aku dan dia bekerja di perusahaan yang sama, waktu kami adalah lebih banyak menghadapi orang yang sama, mesin yang sama , memonitor layar daripada berinteraksi langsung secara dalam

SACRIFICE

Dulu dipenghujung kisah perang, dikala pertempuran masih berkecamuk  di Eropa ada sebuah cerita yang terlupakan, kisah yang terlalu kecil untuk dilihat oleh dunia namun begitu mengharukan. Seorang prajurit berpangkat kopral satu bernama Pierre bersama seorang komandannya berada dalam sebuah bangunan berlantai lima dengan moncong meriam siap ditembakan ke sebuah gedung lain di sebuah kota kecil perancis yang sedang di kuasai oleh sisa pasukan Jerman. Pierre adalah seorang prajurit dengan keahlian menembak meriam dan sangat jitu. Hari itu mereka sedang melakukan pengintaian terhadap sebuah kegiatan yang sedang dilakukan oleh tentara musuh berdasarkan laporan intelijen negara. Dari jendela diruangan gelap itu mereka berdua melihat keluar memperhatikan dengan seksama setiap gerakan di gedung seberang, sesekali mereka melihat kelangit dimana pesawat tempur melintas dengan garang diantara kepulan asap asap puncak puncak gedung. "Pierre, ambil teropong dan perhatikan dengan seksama, kita

Copyright© EDITBLOGTEMA . All rights reserved.